Sektor pertanian sebagian besar masih dibangun dengan skala usaha yang relatif kecil yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan rendah. Kapasitas petani menjadi komponen penting dalam pembangunan ekonomi pangan. Berdasarkan orientasi agribisnis sebagai pembangunan pertanian, kapasitas petani didasari oleh pengembangan kelembagaan.
Dosen Universitas Brawijaya (UB) Karuniawan Puji Wicaksono, SP., MP., Ph.D menyampaikan, penguatan kelembagaan menjadi hal yang krusial dalam memperkuat daya saing petani. Sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap hasil pertanian dalam berbagai aspek, salah satunya aspek pemasaran. Dengan demikian, maka petani dapat menumbuhkembangkan kelembagaan dari, kepada, dan untuk petani.
“Adanya kelembagaan akan memudahkan dalam memfasilitasi dan memberikan penguatan petani,” ungkap Karuniawan Puji Wicaksono.
Berangkat dari hal tersebut, dibentuklah program Matching Fund Lumbung Pangan Masyarakat. Program ini merupakan inisiasi UB dan Dinas Pertanian Kota Blitar untuk berkolaborasi dengan Gapoktan Rukun Sentosa, Desa Dadaplangu, Kab.Blitar.
“Program ini nantinya memiliki output baik pengabdian maupun penelitian,” ucapnya.
Program ini didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diperoleh UB, di bawah hibah berjudul “Peningkatan Kapasitas Lumbung Pangan Masyarakat dengan Teknologi Hilirisasi Teknologi Tepat Guna, Strategi Pemasaran, dan Inklusivitas Sosial untuk Pengembangan Ekonomi Hijau Masyarakat Kabupaten Blitar”.
Program ini diketuai oleh Karuniawan Puji Wicaksono,SP., MP., Ph.D. Dalam aspek Pemasaran, Koordinator kegiatan pendampingan Manajemen Pemasaran oleh Dr. Rosihan Asmara, SE., MP., dosen Prodi Agribisnis, FP UB. Kegiatan workshop aspek Pemasaran ini, dilakukan pada Rabu, 5 Oktober 2022 bertempat di Rumah Bapak Yoyok sebagai Bendahara Gapoktan.
Gapoktan Rukun Sentosa sebelumnya telah melakukan pemasaran beras secara sederhana. Dalam 1 bulan, Gapoktan mampu menghasilkan sebanyak 1 ton. Namun dalam hal packaging, menyesuaikan dari permintaan konsumen. Rata-rata beras dikemas dalam ukuran 50 kg.
Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa umumnya konsumen didominasi oleh reseller yang akan menjual beras dengan packaging yang berbeda. Selain itu, terkait dengan fasilitas transportasi, pembeli mengambil sendiri beras yang akan dibeli.
Dalam saluran pemasarannya sendiri masih cukup sederhana, karena masih belum terbentuk badan usaha, sehingga masih belum ada sertifikasi yang didapatkan oleh Gapoktan Rukun Sentosa.
“Maka dirasa perlu untuk peningkatan kapasitas dalam aspek pemasaran untuk meminimalisir rantai pemasaran dan maksimisasi keuntungan, dengan cara memfokuskan pula pada sasaran pasar retail,” tambahnya.
Turut hadir dalam workshop ini perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Blitar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, pengelola serta anggota Gapoktan, serta melibatkan mahasiswa MBKM.
Workshop ini memiliki beberapa poin yang menjadi pembahasan dalam sharing bersama. Pertama, workshop pengembangan kerjasama internal dan eksternal yang melibatkan tenaga ahli yaitu Dr. George Towar Ikbal Tawakkal, S.IP., M.Si pada bidang keahlian penguatan kelembagaan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, serta Gapoktan Rukun Sentosa.
Selanjutnya, workshop dilanjutkan dengan materi pengembangan strategi penetrasi pasar yang melibatkan tenaga ahli di bidang kelembagaan pertanian FP UB, Bayu Adi Kusuma, SP., MBA., Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, serta Gapoktan Rukun Sentosa.
“FGD dilakukan untuk merancang strategi pemasaran produk beras. Kegiatan ini dilakukan dengan pemaparan materi, tanya jawab dan forum grup discussion yang diharapkan mampu memberikan output pada peningkatan kapasitas petani dalam aspek pemasaran, untuk meyakinkan kualitas pada konsumen dan meningkatkan posisi tawar petani,” pungkasnya. [MF]