Mendaki dengan aman dan nyaman adalah idaman para pendaki gunung. Ditambah lagi dengan ketesediaan sinyal ponsel, dapat memudahkan pendaki untuk meminta bantuan jika dibutuhkan.
Inilah yang melandasi lima mahasiswa Universitas Brawijaya membuat prototipe panduan pendakian bertajuk Pandu Gunung. Adalah Nur Aini Azizah (FPIK), Dinda Arum Mustika Weni (Vokasi), Cecicilia Fauziah, Rifaldi Fadilah (FP), Elfahra Casanza Amalda (FKH) yang dibimbing oleh Ir. Nurussa’adah M.T yang menciptakan konsep konservasi gunung yang dikombinasi dengan teknologi geo informatika.
Dengan riset yang dilakukan di Gunung Penanggungan, Jawa Timur, tim Pandu Gunung mengambil kesimpulan bahwa tingginya kasus kecelakaan di daerah pegunungan, salah satunya dikarenakan sulitnya mendapatkan sinyal saat berada di wilayah pendakian. Kesulitan ini berdampak pada lambatnya pertolongan medis yang datang.
Selain itu, indikantor SDGs nomor 15 terkait konservasi daratan masih jarang diperhatikan. Sehingga menyulitkan pendaki untuk mengetahui keamanan rute yang akan dilalui. Pandu Gunung dapat membantu mengidentifikasi keamanan area yg dilewati
Pandu Gunung memiliki berbagai program, seperti Arah Langkah, Konspirasi Semesta, Tempat Bercakap, Pelipur Lara, dan Sejumput Kepedulian dengan masing-masing peruntukannya. Arah Langkah misalnya, dapat membantu pendaki untuk menemukan kembali jalur pendakian saat tersesat. Tempat Bercakap dapar menjadi sarana komunikasi darurat, dan fitur-fitur lainnya.
Pandu Gunung berhasil meraih medali perunggu dan Special Award IYSA dalam ajang Asian Innovative Science Environmental and Entrpreneur Fair 2021. Aplikasi ini juga pernah meraih medali perunggu kategori Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Futuristik Konstruktif pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2020. (VQ)