Memahami Covid-19 Melalui Model Matematika

Kelompok Kajian Biomatematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya (FMIPA UB) menghelat kegiatan webinar. Webinar mengusung tema “Memahami Covid-19 melalui model Matematika”, Sabtu (07/11/2020).

Hadir sebagai pembicara, Dr. Dipo Aldila, S.Si., M.Mi dari Universitas Indonesia dan Meksianis Zadrak Ndii, Ph.D. dari Universitas Nusa Cendana. Webinar dibuka secara resmi oleh Syaiful Anam, S.Si., MT., Ph.D selaku Wakil Ketua Jurusan Matematika.

Dalam sambutannya, Syaiful berharap semoga webinar ini menjadi awal kerjasama dengan Universitas Indonesia dan Universitas Nusa Cendana. Ia juga berharap, dengan adanya acara ini penelitian yang terkait dengan biomatematika semakin berkembang. Serta banyak ide dan pengetahuan yang diperoleh peserta webinar.

Meksianis Zadrak, Ph,D membawakan materi berjudul “Efek Media, Individual Decision Making Bahaviour Dan Imitation Game Dynamics pada Model Matematika Penyebaran Covid-19: Analisis Sensitivitas”.
“Apabila matematika dipandang sebagai ilmu yang kaku dan tidak aplikatif bagi kebanyakan orang, tetapi covid sedikit membuka ruang baru. Sekitar awal April Merkel, Perdana Menteri Jerman berbicara tentang math behind covid. Kemudian perdana menteri New Zealand juga berbicara tentang reproduction number (r0). Covid membuat ilmu matematika mendapatkan ruang baru untuk bisa lebih dipahami masyarakat secara luas”, ungkap Meksianis mengawali materinya.

Ia menjelaskan, dalam penelitiannya ia menggunakan basic model yang sangat sederhana. Ia membagi populasi kedalam kelompok menurut statusnya terhadap covid-19 yakni kelompok rentan/Susceptible (S), kelompok terpapar/Exposed (E), kelompok Pre-symptomatic (P), kelompok Asymptomatic (A), kelompok Infected (I), kelompok Confirmed (C), dan Recovered (R).

Ada satu konsep yang disebut sebagai Basic Reproduction Number (R0) yaitu rata-rata individu terinfeksi baru yang dihasilkan oleh adanya satu individu terinfeksi dalam populasi rentan. Secara sederhana dapat diartikan, apabila yang terinfeksi 3 orang maka ketiga orang itu bisa menginfeksi 3 orang lain dan seterusnya.

Apabila seseorang terinfeksi covid, maka ia hanya bisa menginfeksi orang lain selama masa ia sakit. Dari hasil infeksi itu kira-kira peluang untuk menginfeksi orang seberapa besar. Gabungan dari itulah yang dinamakan R0.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ada juga analisis sensitivitas, gunanya untuk mengidentifikasi parameter dan faktor apa saja yang berpengaruh pada model outcome. Analisis sensitivitas dibedakan menjadi dua jenis, lokal dan global. Pengukuran analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui reproduction number atau jumlah individu terinfeksi.

Meksianis juga menggunakan model lain dalam risetnya yakni dengan Individual decision making behaviour yaitu bagaimana individu memilih untuk melakukan prevention actions memperkecil resiko terinfeksi, memilih untuk tidak melakukan prevention actions memperbesar peluang terinfeksi, dan individu memilih untuk immitate strategi yang dipilih individu lain.

“Pelajaran yang saya dapatkan ketika melakukan riset ialah it is better to have something done thought it is imperfect, rather than waiting for the perfect one and do nothing, jadi lebih baik kita melakukan sesuatu dengan ilmu masing-masing meskipun ilmu itu belum sempurna, daripada kita duduk dan mengharapkan sesuatu atau knowledge yang sempurna sementara kita sebgaai akademisi tidak melakukan apa-apa”, ucap Meksianis.

Tak hanya itu saja, dosen prodi matematika Universitas Nusa Cendana tersebut juga berpesan kepada peneliti dan mahasiswa untuk melakukan banyak riset dan eksperiman.  “Saya berpesan kepada semua mahasiswa, ilmuwan, atau peneliti, kita harus melakukan banyak eksperimen, kita harus melakukan dua atau tiga pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu yang sedang kita pelajari supaya bisa lebih komprehensif. Jika memungkinkan kita juga bisa menganalisis model mana yang lebih tepat dengan masalah yang kita teliti”, pungkasnya. (Vika/VQ/HumasUB)