FPIK Rancang Roadmap Riset Penguatan Pengelolaan Mangrove Jatim

Foto Pemateri FGD pengembangan riset mangrove:Frida Sidik, Ph.D (Pusat Riset Oseanografi, BRIN) kiri Prof. Nuddin Harahab (FPIK UB) kanan Moderator FGD: Dr. Sri Sudaryanti (FPIK UB)
Foto Pemateri FGD pengembangan riset mangrove:
Frida Sidik, Ph.D (Pusat Riset Oseanografi, BRIN) kiri
Prof. Nuddin Harahab (FPIK UB) kanan
Moderator FGD: Dr. Sri Sudaryanti (FPIK UB)

Pada Tahun 2023, tim peneliti komoditas mangrove dari FPIK UB, berkolaborasi dengan para stakeholder mangrove di Jawa Timur menginisiasi roadmap riset mangrove secara holistik. Dekan FPIK UB, Prof. Maftuch menyampaikan bahwa Roadmap ini bertujuan untuk melaksanakan riset terpadu dari hulu ke hilir, dengan materi-materi riset yang diselaraskan dengan kebutuhan stakeholder pengelola mangrove di Jawa Timur. Sementara itu, ketua tim riset komoditas mangrove UB, Prof. Nuddin Harahab mengatakan riset holistik diperlukan untuk mendapatkan model pengelolaan ekosistem mangrove yang adaptif dan berkelanjutan.

“Pendekatan riset holistik yang mengintegrasikan berbagai multidisiplin ilmu, baik ekologi, fisik, lingkungan dan sosio ekonomi, sangat diperlukan untuk menghasilkan model-model pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan,” kata Prof. Nuddin Harahab, ketua tim riset komoditas mangrove FPIK UB.

Penyusunan roadmap ini terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu FGD dengan stakeholder mangrove di Jawa Timur, serta field trip untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan riset di area mangrove.

FGD dilaksanakan pada (15/11/2023), bertempat di Swissbell Hotel, Malang. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 peserta, terdiri dari elemen instansi pengelola mangrove (DLH Provinsi Jawa Timur, Cabang Dinas Kehutanan Malang dan Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Malang), masyarakat pengelola mangrove (CMC Malang dan Pokmaswas Kejung Samudera, Cengkrong, Trenggalek), Kelompok Kerja Mangrove Daerah Provinsi Jawa Timur dan peneliti mangrove dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sebagai socio-ecosystem (ekosistem yang sangat terkait dengan masyarakat), maka tema-tema riset mangrove holistik mencakup integrasi riset bertema ekologi, lingkungan dan sosio-ekonomi. Hal ini bertujuan untuk mendukung pengelolaan ekosistem mangrove yang menghadapi ancaman perubahan lingkungan.

“Isu utama riset mangrove di Indonesia dan global adalah dampak perubahan iklim, teknik restorasi mangrove, karbon biru dan peran citizen science dalam pengelolaan ekosistem mangrove,” kata Frida Sidik, Ph.D, peneliti senior mangrove BRIN.

Hasil dari kegiatan FGD ini, disusun peta jalan riset holistik untuk pengelolaan mangrove di Jawa Timur, periode Tahun 2023 – 2032. “Terdapat empat tahap riset dalam peta jalan ini, terdiri dari tahap pertama adalah pembuatan profil mangrove Jawa Timur, tahap kedua adalah riset bioekologi mangrove pada kondisi lingkungan yang berubah, tahap ketiga adalah riset sosio ekonomi mangrove, dan tahap keempat adalah riset terkait inovasi pengelolaan ekosistem mangrove”, Dr. Sri Sudaryanti, anggota tim komoditas mangrove FPIK UB.

Selain FGD, kegiatan yang dilaksanakan adalah field trip. Pada Bulan Desember 2023, tim komoditas mangrove dan BRIN mengadakan kunjungan ke Clungup Mangrove Conservation (CMC), sebagai salah satu calon lokasi untuk mangrove research station. Mangrove research station merupakan implementasi dari riset berbasis masyarakat (citizen science), di mana masyarakat terlibat aktif dalam pengambilan data ekosistem mangrove dan parameter lainnya. “CMC menjadi salah satu lokasi yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi mangrove research station. Selain keanekaragaman mangrove yang cukup tinggi, lokasi ini menjadi salah satu icon keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat (community based-mangrove management, CBMM). Pengembangan CMC sebagai mangrove research station juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan partisipasi masyarakat dalam pemantauan ekosistem mangrove.” Dhira Khurniawan Saputra, anggota tim riset komoditas mangrove FPIK UB.

Sementara itu, Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting untuk keberlanjutan sektor perikanan tangkap, penahan abrasi serta penyimpan karbon (mitigasi perubahan iklim). Indonesia memiliki 3,36 juta ha hutan mangrove, menjadikannya negara dengan luas hutan mangrove terbesar (23% dari total mangrove di dunia). Walaupun begitu, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan laju kerusakan mangrove yang paling tinggi di dunia, dengan tingkat kerusakan mencapai 52.000 ha/tahun. Selain aktivitas manusia, mangrove juga menghadapi ancaman alam. Dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan bergesernya proses alam (hidro oseanografi dan atmosferik), serta meningkatkan intensitas cuaca ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan meningkatnya intensitas badai, peningkatan muka air laut, kenaikan suhu perairan, perubahan pola presipitasi dan ancaman lainnya.

Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan area mangrove terluas di Pulau Jawa (27,2 ribu ha). Mangrove tersebut terdistribusi di sepanjang pantai utara, kepulauan dan pesisir selatan. Di sisi lain, tingginya aktivitas manusia di kawasan pesisir, utamanya di pantai utara,menyebabkan mangrove di Jawa Timur sebagian besar telah terkonversi menjadi peruntukan lainnya. Hal ini menyebabkan keberadaan mangrove di Jawa Timur sangat bergantung pada intervensi pengelolaan. Pengelolaan mangrove yang baik akan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas jasa lingkungan (ecosystem services) yang diberikan oleh ekosistem mangrove. Untuk itulah, riset pada tema ini menjadi kebutuhan utama stakeholder pengelola ekosistem mangrove di Jawa Timur. (*/OKY/Humas UB).