Tim PKM Teliti Bakteri dari Saluran Pencernaan Untuk Penurunan Kadar Residu Pestisida

Foto Tim Berada di Lab memakai jas putih sedang melakukan Purifikasi Bakteri
Purifikasi Bakteri

Tim PKM Riset Eksakta yang beranggotakan Muhammad Dimas Priyastomo, Aisya Rahma, Aqila Aziz, Rachmad Pratama Fauzi, dan Muhammad Abdul Lativ bersama dosen pembimbing Luqman Qurata Aini, SP., M.Si., Ph.D. meneliti potensi bakteri indigenous yang diisolasi dari saluran pencernaan H. armigera atau  Pulat tanaman sebagai agens bioremediasi yang dapat menjadi alternatif penurunan kadar residu pestisida yang efektif dan efisien.

Bakteri-bakteri tersebut dapat melakukan transformasi maupun degradasi senyawa sintetik berbahaya melalui pemanfaatan senyawa pestisida menjadi bahan metabolismenya. Bioremediasi merupakan teknik remediasi yang digunakan untuk mendegradasi atau mendetoksifikasi polutan organik maupun anorganik dengan menggunakan agen biologi seperti bakteri, jamur dan ganggang yang dinilai sebagai metode alternatif yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

Foto Dimas memakai topi di kebun jagung sedang melakukan Pengumpulan Helicoverpa armigera
Pengumpulan Helicoverpa armigera

Mekanisme reaksi dalam menggunakan mikroorganisme sebagai agens pendegadrasi adalah melalui proses hidrolisis esterase. Jika senyawa kimia terdegradasi maka sejumlah zat akan menghilang dan membentuk senyawa baru dengan struktur yang lebih sederhana.

“Penelitian Tim PKM Riset Eksata tersebut berfokus untuk mencari potensi bakteri dalam mendegradasi residu yang ditimbulkan di lahan pertanian dengan cara melakukan karakterisasi morfologi dan fisiologi bakteri, pengamatan zona hambat, analisis residu dengan LC-MS, identifikasi molekuler menggunakan PCR, dan analisis toksisitas insektisida,” kata Dimas.

Tim peneliti berharap hasil eksplorasi dan penelitian yang didapatkan akan menjadi sebuah inovasi alternatif yang dapat berkontribusi penuh untuk mendegradasi residu pestisida yang terdapat di lahan pertanian sehingga dapat mendukung pertanian berkelanjutan.

Tingginya jumlah penggunaan pestisida berbahan aktif toksik dan bersifat persisten masih menjadi masalah penting di Indonesia karena mampu menimbulkan banyak permasalahan lingkungan dan kesehatan manusia.

World Human Organization (WHO) tahun 2010 memperkirakan setidaknya 1-5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 22.000 korban jiwa.

Dampak tersebut disebabkan oleh pestisida yang berspektrum luas, sehingga tidak hanya mengendalikan hama pada tanaman namun memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Salah satu jenis insektisida yang memiliki spektrum luas dalam mengendalikan hama pada tanaman ialah organofosfat berbahan aktif profenofos. Profenofos merupakan salah satu insektisida golongan organofosfor yang memiliki spektrum luas, bersifat sistemik, dan dikenal sebagai insektisida paling beracun dan tergolong sebagai Persistent Organic Pollutants (POPs).  Peningkatan penggunaan pestisida menyebabkan peningkatan residu insektisida organofosfat di lahan pertanian yang menjadi ancaman bagi kesehatan dan stabilitas ekosistem. (DMS/OKY/Humas UB)