Kembangkan Kandang Berbasis IoT Mahasiswa Fapet Manfaatkan Limbah Feses Sapi sebagai Sumber Energi

Salah satu permasalahan global dalam dunia peternakan adalah pencemaran lingkungan akibat limbah feses sapi. Sebab sebagian para peternak belum mampu mendaur ulang limbah secara baik.

Padahal apabila penanganan limbah dilakukan secara tepat, dapat memberikan dampak positif bagi ketersediaan energi. Mengingat seekor ternak mampu menghasilkan kotoran lebih dari 10 kg yang berpotensi dijadikan sumber energi alternatif (biogas). Pamanfaatan biogas dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik.

Sehingga kandungan gas metan dalam feses sapi menjadi salah satu sumber energi terbarukan untuk mewujudkan Substainable Development Goals. Sesuai poin ketujuh mengenai ketahanan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Mencermati permasalahan tersebut mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), bersama dosen pembimbing Mulia Winirsya Apriliyani, S.Pt., MP mrnciptakan aplikasi kandang pintar berbasis IoT bernama System Several Massage Macrocontroller Technology atau disingkat SI SEMMUT.

Karya buatan Ahmad Fahrudin Husen, Rhobithotus Mufidah, Novia Putri Wardani, Aura Alya Rahma, Triyana Sinta Dewi itu mengadopsi sistem model kandang closed house pada ternak ayam. Dimana menciptakan keamanan secara biologi (meminimalisir kontak dengan organisme yang lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik, sehingga mengurangi stres pada ternak.

“Energi yang digunakan merupakan energi terbarukan dari gas metana yang dihasilkan oleh limbah feses sapi. Sedangkan sistem perkandangan dapat dipantau dari aplikasi smartphone SI SEMMUT guna mempermudah pengecekan kondisi ternak dan kerja dari sistem perkandangan.” jelas Fahrudin

Melalui inovasi itu mereka memperoleh medali perak dalam ajang internasional World Youth Invention and Innovation Award (WYIIA) 2021, yang diselenggarakan International Youth Invention and Innovation Award bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta, Rabu-Sabtu (18-21/08/2021).

Kompetisi dilakukan secara daring dengan mengangkat bidang matematika, teknologi, lingkungan, ilmu sosial, pendidikan dan fisika. Peserta WYIIA 2021 berasal dari Amerika Serikat, Saudi Arabia, Malaysia, Thailand, Turki, Azerbaijan, Korea, dan Indonesia. (afh/dta/Humas UB).