Kesiapan Aparatur Hadapi Governance Crisis Akibat COVID-19

Sumber dari Kementrian Kesehatan

Program Magister Administrasi Publik mengadakan Webinar Manajemen Strategis dalam Meningkatkan Kesiapan Aparatur Menghadapi Governance Crisis Akibat COVID-19, Selasa (12/11/2020). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan atau mengetahui strategi dari institusi pemerintah yang sedang menghadapi krisis karena COVID.

Dosen Kebijakan Publik Fadillah Putra, M.PAff, Ph.D mengatakan masa-masa pandemi membuat sebuah organisasi berada pada titik kritis atau critical juncture yang membutuhkan keputusan yang tepat dalam setiap kebijakan yang diambil.

“Kita saat ini berada di persimpangan. Tidak hanya empat persimpangan tapi banyak. Maka dari itu jika salah dalam melangkah maka akan dibutuhkan usaha yang besar untuk kembali ke titik awal,”kata Fadillah..

Ditambahkan Fadillah beberapa perubahan yang terjadi di masa pandemi membuat kebijakan yang dulu tidak diterapkan sekarang harus dilakukan.

“Contohnya adalah Kebijakan Adaptive Learning yang sebelum pandemi tidak banyak diterapkan oleh perguruan tinggi justru saat ini banyak digunakan,”katanya.

Salah satu contohnya penerapan Adaptive Learning adalah pembelajaran online atau daring .

Penggunaan Teknologi Informasi juga dianggap menjadi keputusan tepat oleh MenPANRB Drs. Dwi Wahyu Atmaji, MPA.

Atmaji mengatakan untuk mengantisipasi Kris yang terjadi diperlukan kebijakan Smart Government yang juga memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.

“Smart Government memungkinkan ASN tetap bekerja secara optimal dengan mematuhi protokol kesehatan,”katanya.

Sementara itu dekan FIA Prof. DR. Bambang Supriyono, M.S., memaparkan dalam keadaaan normal kita selalu menggunakan rational concept yang identik dengan rencana short term, middle term, long term.

Kondisi berbeda terjadi pada saat pandemi. Dalam kajiaan public management ada istilah management of uncertainty.

“Salah satu karakteristik dari management of uncertainty adalah keberanian untuk take a risk. Negara yang berani mengambil risiko terbukti lebih dahulu dapat lepas dari COVID-19. Selain itu diperlukan upaya create resource (menciptakan sumber daya) serta pemanfaatan sensor system dan bagaimana kita menggunakan sistem secara fleksibel menyesuaikan situasi yang tidak menentu,”kata Prof. Bambang. (Oky Dian/Humas UB).