Wapres Minta Perguruan Tinggi Bisa Bangun Jejaring dengan Pesantren

K.H. Ma’ruf Amin

Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar. Sebagai negara dengan umat terbesar di dunia ikut bertanggung jawab menghadapi tudingan negatif tentang Islam yang datang dari bangsa-bangsa Barat.

“Indonesia harus mampu menunjukkan Islam yang rahmatan lil alamin,” ujar Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof. Dr. (HC) K.H.Ma’ruf Amin, MA ketika memberikan pengarahan secara daring pada puncak peringatan Hari Santri 2020 dan Dies Natalis FISIP-UB ke-17 yang bertema “Peran Santri di Era Milenial dan Disruptif Digital”, Selasa (10/10/2020).

Saat ini, dikatakan Wapres terdapat banyak tantangan terhadap Islam yang berawal dari ketidakpahaman masyarakat Barat, Amerika Serikat (AS) dan Eropa tentang Islam. Tantangan itu berupa kesan negatif terhadap Islam, juga Islamphobia.

Kiyai Ma’ruf menyebutkan beberapa hal antara lain, negara-negara Islam dinilai sebagai negeri konflik dan kekerasan. Sekitar 41 persen warga AS menilai Islam mendorong munculnya terorisme dan kekerasan, 44 persen menganggap Islam tidak bisa beriringan dengan demokrasi.

“Islamphobia meningkat di AS dan Eropa. Persoalan terbaru terjadi di Perancis,” ujar Ma’ruf.

Kondisi di internal negara Islam, menurut Wapres, juga perlu perhatian antara lain, kondisi sosial ekonomi umat yang masih memprihatinkan. 350 juta orang di negara OKI berpenghasilan di bawah $ 1,25 per hari. Tingkat pengangguran juga di atas rata-rata pengangguran dunia.

Terkait dengan itu, di Indonesia diyakininya, pesantren sebagai pusat pendidikan keagamaan yang moderat, mampu menangkal dan melindungi masyarakat dari radikalisme. “Pesantren ikut mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin,” tegasnya.

Karena itu, Ma’ruf Amin meminta perguruan tinggi untuk membangun jaringan dengan pesantren. Khususnya dalam pendidikan sains dan teknologi. Dia menyebutkan jumlah pesantren di Indonesia sekitar 28 ribu dengan sekitar 18 juta santri.

K.H. Ma’ruf Amin menjadi pemateri dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional dan Dies Natalis ke-17 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (Fisip UB) bertema Peran Santri Di Era Milenial dan Desktruktif Digital yang ditayangkan secara live di Zoom, UBTV, dan youtube pada Selasa (10/11/2020).

Sejak 22 okotber 2015 telah dilakukan penetapan hari santri yang merujuk pada tercetusnya resolusi jihad yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tantangan santri bukan hanya penjajah namun memasuki dunia digital dengan tantangan serba kompleks seperti fake and false news serta hoax.

Selain K.H. Ma’Ruf Amin, Rektor UB Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, M.S memberikan pemaparan materi bertema Tantangan Santri di Era Milenial dan Distruptif Digital. Dia memaparkan tiga tantangan utama di era industry 4.0, era milenial , dan globalisasi. Dalam menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan kompetensi seperti learning and inovaton skill, data literacy, technology literacy, human literacy, life and carer skills, information media and technology literacy.

Nuhfil juga menyampaikan ide mengenai santri socialpreneur dengan menjadi businessman disamping menjadi juru Dakwah dengan menembangkan ekonomi disekitarnya dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat.(FISIP/IKA/Mondry/Humas UB)