Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital (DT) semakin masuk di berbagai bidang kehidupan, termasuk dunia pendidikan dan kemahasiswaan. Menyadari pentingnya keterampilan ini, Direktorat Kemahasiswaan Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan Workshop Perluasan dan Pengembangan Program Kemahasiswaan Menggunakan AI & DT di Ruang Teater Heuristic, Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) (21-22/9/2024).
Acara ini bertujuan membekali mahasiswa, khususnya yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, dengan kemampuan menggunakan teknologi terbaru untuk mendukung kegiatan mereka. Peserta workshop berjumlah 101 mahasiswa yang mewakili berbagai organisasi mahasiswa di lingkungan UB.
“Dalam acara ini, upaya yang dikembangkan adalah untuk menguatkan bagaimana kita merancang suatu kegiatan yang kiranya dapat memudahkan bagi kita semua sehingga akan bisa lebih terstruktur dan dapat menjadi pelajaran,” jelas Drs. Muh. Arif Rahman, M.Kom., Ketua Pelaksana sekaligus Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FILKOM, mengungkapkan antusiasmenya terhadap pelatihan ini. Ia menekankan pentingnya penguasaan teknologi AI dan DT untuk pengembangan program kemahasiswaan yang lebih terstruktur dan relevan.
Pentingnya pelatihan ini juga diakui oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan Mahasiswa, Dr. Setiawan Noerdajasakti, SH., MH. Menurutnya, mahasiswa sebagai generasi muda tidak boleh tertinggal dari perkembangan teknologi.
“Ini tentunya merupakan suatu hal yang perlu untuk dikuasai oleh kita semua, utamanya mahasiswa sebagai generasi muda tidak boleh ketinggalan dengan teknologi. Di era penuh dengan kemajuan ini, hal yang tidak pernah terjadi dapat menjadi benar-benar ada. Dengan hal itu, saya sangat berterima kasih dan menyambut hangat kegiatan ini,” ujarnya dalam sambutan.
Pada materi pertama, peserta workshop mendapatkan materi “Prompt Engineering dengan ChatGPT” dari Riswan Septriayadi Sianturi, S.Si., MM, MSc., Ph.D., dosen Sistem Informatika FILKOM UB. Dalam sesinya, Riswan menjelaskan bagaimana AI, khususnya model seperti ChatGPT, bisa membantu pekerjaan manusia, termasuk dalam dunia kemahasiswaan. Riswan juga menekankan bahwa meski AI semakin canggih, keputusan akhir tetap ada di tangan manusia. Menurutnya, AI harus dilihat sebagai asisten yang membantu proses pengambilan keputusan dan tidak menggantikan peran manusia sepenuhnya.
“Tugas manusia adalah memverifikasi dan memastikan keputusan yang diambil benar. AI hanya membantu meringankan beban, terutama dalam hal resume dan penyusunan proposal,” tambah Riswan.
Setelah materi disampaikan, peserta diberi kesempatan untuk melakukan latihan mandiri menggunakan ChatGPT, di mana mereka belajar bagaimana memanfaatkan teknologi ini untuk merancang proposal program kemahasiswaan yang lebih baik.
Materi kedua pelatihan diisi materi dari Dr. Diva Kurnianingtyas, S.Kom., dengan mengajak peserta memanfaatkan Google Workspace sebagai alat untuk pengembangan program kemahasiswaan. Diva menjelaskan bagaimana platform digital ini dapat digunakan untuk kolaborasi dalam merancang ide program dan menyusun laporan yang lebih efektif. Dalam sesi praktek, para peserta belajar langsung cara mengoptimalkan berbagai fitur Google Workspace untuk meningkatkan produktivitas organisasi mereka. Melalui latihan ini, mahasiswa diharapkan mampu menyusun program kemahasiswaan yang lebih terstruktur dan terdokumentasi dengan baik. Diva juga menyampaikan pentingnya adaptasi teknologi dalam dunia pendidikan dan organisasi. Menurutnya, penggunaan teknologi seperti AI dan platform digital akan menjadi keharusan bagi organisasi kemahasiswaan untuk tetap relevan di masa depan.
Melalui workshop ini, Universitas Brawijaya membuktikan komitmennya untuk terus membekali mahasiswanya dengan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman. Workshop ini diharapkan mampu menjadi awal bagi pengembangan program kemahasiswaan berbasis teknologi yang lebih maju dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Pelatihan AI dan DT ini menjadi salah satu bukti nyata bagaimana UB siap menyongsong masa depan yang semakin digital, membekali mahasiswanya dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia yang terus berubah. [dea/sitirahma]