UB Paparkan Penerapan Internet Of Thing di UB Forest

Divisi Informasi dan Kehumasan Universitas Brawijaya (DIK UB) mengadakan kegiatan Bincang dan Oboralan Santai (BONSAI) bersama pakar, Rabu (11/12/2024) bertema “Inovasi Teknologi IoT untuk Pengelolaan Hutan di Gedung Widyaloka.

Dalam kegiatan yang menghadirkan sejumlah wartawan, tiga narasumber yang dihadirikan adalah Kepala Laboratorium Internet of Things & Human Centered Design (Lab IoT & HCD), Fakultas Vokasi Rachmad Andri Atmoko, S.ST., M.T., MCF , Koordinator KJF/Manajer Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan UPT Pengelola Kawasan Hutan (PKH), Rifqi Rahmat Hidayatullah, S.Hut., M.Si , dan Kepala UPT PKH Dr. Muchammad Roviq, SP.,MP.

Rifqi Rahmat menjelaskan menghadirkan alat yang dapat melakukan monitoring biofisik, iklim, satwa liar, dan keamanan hutan dari kebakaran hutan atau lahan merupakan tantang tersendiri dalam pengelolaan hutan saat ini. Sekaligus alat yang juga dapat tahan cuaca, anti pencurian dan juga memiliki ketahanan baterai yang lama.

“Bagaimana UB Forest ini bisa memonitoring biofisik, iklim, dan dilengkapi sensor-sensor real-time monitoring kebakaran hutan dan lahan. Karena selama ini yang berkembang monitoring kebakaran hutan melalui satelit yang memiliki kelemahan terkadang informasi dari satelit lebih lambat karena satelit yang terus bergerak,” katanya.

Pengembangan inovasi teknologi berbasis artificial intelligence (AI) sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang program pendidikan dan pelatihan Universitas Brawijaya  dari 2021 sampai tahun 2041. Inovasi ini diterapkan di UB Forest melalui program pengembangan Smart Forest, dimana digunakan Internet Of Thing (IoT) dan Artificial Intelligence (AI).

Pada tahun 2024 ini sudah mulai melakukan pengembangan inovasi teknologi berbasis Artificial Intelligence untuk pengelolaan di UB Forest. Alat tersebut akan diimplementasikan tahun depan.

Rachmad Andri Atmoko, S.ST., M.T., MCF yang merupakan kepala Laboratorium Internet Of Things and Human Centered Design Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya menjelaskan bahwa penerapan teknologi pengawasan di hutan menghadapi tantangan terkait sulitnya jaringan untuk melakukan transfer data.

Sebagai solusinya pada penerapan di UB Forest ini menggunakan jaringan Radio atau LoRa (Long Range) yang lebih menjangkau luas namun dengan konsekuensi transfer datanya sedikit lebih lambat dibandingkan jaringan 3G atau 4G karena LoRa sebenarnya hanya untuk pengiriman data yang kecil.

“Letak kebaruan (penelitian) disitu. Kita coba jaringan LoRa untuk kirim gambar, konsekuensinya karena Bandwidth nya kecil yang menyebabkan waktu pengirimannya lebih panjang. Tapi, konteksnya di hutan sangat bermanfaat karena disana tidak ada sinyal internet” katanya.

Rachmad Andri Atmoko, S.ST., M.T., MCF menambahkan bahwa teknologi yang dikembangkan ini juga dapat mendeteksi apapun seperti hewan langka, manusia hingga kendaraan yang melewati sensor dengan bantuan Artificial Intelligence yang terintegrasi dengan kamera jebak (camera trap). Selain itu melalui Artificial Intelligence dapat mendeteksi getaran hingga potensi kebakaran hutan bisa dimitigas.

“Mengingat UB Forest yang memiliki banyak koleksi tumbuhan langka dan juga dapat melindungi hutan dan lahan masyarakat sekitar UB Forest,” katanya.

Informasi yang dikumpulkan akan dikirimkan melalui jaringan LoRa (Long Range) ke pusat kontrol untuk ditampilkan pada dashboard berbasis web, mempermudah pengambilan keputusan oleh pengelola hutan.

UB Forest yang merupakan hutan untuk pembelajaran bagi Universitas Brawijaya tidak hanya terfokus untuk rumpun sains terapan seperti pertanian dan kehutanan. Namun, juga bisa menjadi kawasan untuk belajar dan menerapkan ilmu teknologi informasi.