UB Kukuhkan Gubes dari FK dan FTP

Universitas Brawijaya kembali mengukuhkan dua guru besar. Guru Besar pertama adalah Dr.Teti Estiasih, STP, MP yang merupakan guru besar bidang Ilmu Kimia dan Teknologi Lipid. Dia merupakan guru besar  ke 7 di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan ke 145 di UB.

Guru besar ke dua adalah Dr.dr.Loeki Enggar Fitri,M.Kes.SpParK dalam bidang ilmu  Parasitologi Klinik.  Dr.dr.Loeki Enggar Fitri,M.Kes.SpParK akan menjadi guru besar ke 146 di UB.

Dr.Teti Estiasih, STP, MP dan Dr.dr.Loeki Enggar Fitri,M.Kes.SpParK akan dikukuhkan oleh Rektor UB Prof. Dr. Ir. M. Bisri,MS pada Selasa (15/11/2016).

Fokus Pada Pemanfaatan Hasil Samping Pengolahan Pangan sebagai Sumber Senyawa Bioaktif, Antarkan Dosen FTP Raih Gubes

Dr.Teti Estiasih, STP, MP mengatakan bahwa cairan dari hasil samping pengalegan ikan yang selama ini terabaikan bisa diolah menjadi bioaktif penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Bioaktif ini merupakan senyawa didalam tubuh yang mempunyai efek fisiologis positif dan menguntungkan bagi kesehatan. Dicontohkannya, pada saat ikan tuna atau lemuru dikalengkan, maka akan keluar cairan yang bernama stick water. Stick water mengandung minyak terdiri dari senyawa bioaktif asam lemak omega tiga, EPA dan DHA. EPA atau Eicosapentaenoic acid berperan dalam tubuh sebagai anti kanker, anti peradangan, memperbaiki profil lipid dalam darah, meningkatkan sistem imun serta mencegah penyakit jantung atau rematik. DHA atau docosahexaenoic pada masa perkembangan otak anak-anak yang sedang tumbuh berperan penting dalam membentuk membran sel otak dan foto reseptor di retina yang berhubungan dengan kecerdasan dan peningkatan ketajama retina.

“Dua-duanya itu kalau tuna tinggi  DHA, lemuru tinggi EPA. Jadi saya fokus riset memanfaatkan minyak hasil samping sehingga bisa menjadi sumber asam lemak omega tiga,”katanya.
Pemisahan kedua senyawa bioaktif tersebut dilakukan dengan berbagai metode seperti kritalisasi pelarut suhu rendah, pemadatan cepat, atau kristalisasi untuk mendapatkan konsentrat dan bisa dikembangkan sebagai fortikan atau suplemen pangan.

“Susu mengandung DHA itu sebenarnya dari mikrokapsul minyak ikan. Mikrokapsul ini bisa dicampur ke dalam bahan makanan menjadi pangan fungsional. Kedepan arahnya adalah suplemen berbentuk kapsul lunakatau soft gel ,”kata Teti.

Selain ikan, Teti juga memanfaatkan hasil samping dari Sawit. Dikatakannya Sawit banyak mengandung senyawa bioaktif berupa vitamin E terutama tokotrienol, fitosterol, dan skualen. Kandungan tokotrienol pada Sawit mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai anti oksidan. Sedangkan kandungan fitosterolnya berfungsi sebagai anti kanker, antikolesterol, dan meningkatkan produksi ASI.

Untuk menghilangkan bau dari Crude Palm Oil (CPO) dilakukan proses Deodorisasi atau penghilangan bau. Deodorisasi menghasilkan hasil sampping distilat asam lemak minyak sawit yang masih banyak mengandung senyawa bioaktif yaitu vitamin E, fitosterol, dan skualen. Vitamin  E sebenarnya ada dua jenis yaitu tokoferol dan tokotrienol.  Tokotrienol kurang terkenal karena banyak terdapat di negera tropis. Yang tinggi tokotrienol itu sawit dan bekatul. Tokotrienol mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding tokoferol.

Kandungan lain yang terdapat pada kelapa sawit adalah skualen. Skualen berfungsi untuk menurunkan kolesterol dan menahan oksigen dalam tubuh

“Melalui teknik pemisahan kristalisasi, dalam satu proses akan didapat tiga senyawa bioaktif, fitosterol, vit E, dan skualen. Arahnya produk yang akan kami kembangkan adalah supplemen atau fortifikan yang akan ditambahkan ke makanan sehingga diperoleh pangan fungsional. Pangan fungsional adalah makanna yang mempunyai efek fisiologi menguntungkan bagi kesehatan lebih dari nutrisi dasar yang ada di dalam makanan itu.

Resistensi Obat Jadi Tantangan Riset Anti Malaria

Bersamaan dengan Teti,  juga akan dikukuhkan Dr.dr.Loeki Enggar Fitri,M.Kes.SpParK sebagai guru besar bidang ilmu  Parasitologi Klinik.  Dr.dr.Loeki Enggar Fitri,M.Kes.SpParK akan menjadi guru besar ke 146 di UB. Dalam pidatonya Loeki menjelaskan tentang peran dan fungsi seorang dokter bidang parasitologi klinik terutama dalam bidang penelitian. Dikatakannya menjadi seorang dokter di bidang Parasitologi Klinik tidak hanya dituntut untuk bisa mengobati pasien namun juga  pengembangan penelitian dan pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat.  Penelitian Loeki berfokus pada penyakit Malaria. “Permasalahan yang terjadi pada penyakit malaria tidak boleh diremehkan. Penyakit Malaria menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Perlunya riset disini antara lain untuk mengantisipasi terjadinya re-establishment dari penyakit malaria dan mendukung  program riset operasional malaria untuk mencapai eliminasi malaria secara nasional  ,”kata Loeki.

Dipaparkan juga  penelitian penelitian yang telah dilakukan salah satunya  bertujuan menghasilkan produk baru dalam diagnostik dan terapi malaria untuk menanggulangi masalah resistensi obat malaria. Diagnosis malaria harus dilakukan dengan konfirmasi laboratorium mikroskopis atau tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT), namun diagnosis mikroskopis tidak bisa membedakan morfologi beberapa spesies, sehingga pemeriksaan biomolekuler seperti PCR mulai dipertimbangkan karena memberikan hasil yang lebih akurat.

Hasil penelitian Loeki menunjukkan bahwa sensitivitas nested PCR lebih tinggi dibandingkan hapusan darah.

Loeki mengatakan bahwa obat anti malaria lini pertama saat ini adalah Artemisinin. Beberapa laporan membuktikan adanya penurunan efikasi dari Artemisinin. “Oleh karena itu, diperlukan pengembangan penelitian baru yang akan menghasilkan sebuah produk anti malaria baru yang tidak resisten,”katanya.

Prof. Dr.dr.Loeki Enggar Fitri,M.Kes.SpParK  telah melakukan road map penelitian sejak tahun 1997. Saat ini tim peneliti Parasitologi Klinik FK UB sudah menguji beberapa herbal yang secara empiris telah dipakai sebagai terapi malaria oleh penduduk daerah endemis. Di Papua, misalnya menggunakan buah merah dan tumbuhan tali kuning. Tanaman herbal tersebut saat ini sedang diteliti tim FK UB dan sudah diuji coba secara in vivo pada hewan coba  dan secara in vitro. Selain dua tanaman tersebut, tim juga telah melakukan pengujian terhadap tanaman brotowali serta mikroba bakteri Streptomyces hygroscopicus Hygroscopicus,yang ternyata terbukti mengandung kandungan anti malaria.

.[Oky Dian]