Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan empat profesor lintas ilmu dalam bidang ilmu, Nutrisi dan Pakan Ikan, Hidrologi dan Konservasi Sumber Daya Air, Korosi dan Pelapisan , serta Transfer Biopanas pada Kamis (7/12/2023) di Gedung Samantha Krida.
Prof. Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc. sebagai Profesor aktif ke 20 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Profesor aktif ke 192 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 351 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof. Dr.Eng. Donny Harisuseno, S.T., M.T. sebagai Profesor aktif ke 23 di Fakultas Tehnik (FT) dan Profesor aktif ke 193 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 352 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof. Dr. Femiana Gapsari Madhi Fitri, S.T., M.T. sebagai Profesor aktif ke 24 di Fakultas Teknik (FT) dan Profesor aktif ke 194 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 353 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof. Dr. Slamet Wahyudi, S.T., M.T. sebagai Profesor aktif ke 25 di Fakultas Tehnik (FT) dan Profesor aktif ke 195 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 354 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof. Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc. : “TEKNOLOGI SINBIOTIK BERBASIS SPORA DALAM MENGATASI LIMBAH PAKAN PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN INTENSIF”
Penyebab utama gagalnya industri budidaya udang pada awal tahun 1990an adalah akumulasi bahan organik sisa pakan yang memicu meningkatnya ammonia nitrogen.
Untuk mengatasi masalah tersebut Prof. Anik telah menghasilkan teknologi sinbiotik berbasis spora, merupakan model teknologi yang diawali dari isolasi bakteri AOB (Ammonia Oxidizing Bacteria): Nitrosomonas, dengan NOB (Nitrite Oxidizing Bacteria), Nitrobacter, dan Nitrospira, bersama Bacillus dan Lactobacillus.
Sinbiotik ditambahkan dalam pakan yang berfungsi untuk menstabilkan kualitas air dan membantu sistem pencernaan, penambahan sinbiotik pada sistem budidaya bioflok, terbukti berhasil menurunkan ammonia nitrogen (dari 1,6 menjadi 0,4 mg L-1).
Kelebihan utama dari teknologi sinbiotik berbasis spora ialah bisa disimpan dalam waktu yang lama dan ketika diaplikasikan dia mampu memenuhi ke-empat fungsi yang antara lain menstabilkan kualitas air, menyediakan pakan tambahan bagi ikan maupun udang yang berasal dari penguraian bahan organik sisa pakan, membantu ikan dalam proses pencernaan pakan alami, dan menghindari serangan patogen.
Kelemahan utama dari teknologi ini ialah masih harus diterapkan secara integratif dengan sistem bioflok,kegagalan dalam proses mempertahankan C/N ratio bisa menyebabkan kurang optimalnya fungsi dari sinbiotik berbasis spora .
Produksi sektor budidaya ikan harus segera ditingkatkan sebagai kompensasi dari stagnasi perikanan tangkap karena over-fishing dan degradasi habitat. Teknologi sinbiotik berbasis spora ini dibuktikan mampu mengkonversi limbah pakan menjadi pakan tambahan dengan tetap mempertahankan kualitas air.
Prof. Dr.Eng. Donny Harisuseno, S.T., M.T. : “System Hybrid-G2I (green-gray infrastructure): sebuah pengelolaan LIMPASAN AIR hujan berbasis konservasi air “
Konsep pengelolaan limpasan air hujan konvensional di wilayah perkotaan saat ini masih mengandalkan peran fisik (saluran) yang mengalirkan limpasan sesegera mungkin ke sungai. Pendekatan konvensional ini kurang memiliki kemampuan adaptasi yang baik dalam mengantisipasi permasalahan ketersediaan air karena lebih menganggap air hujan sebagai obyek masalah dibanding sumber potensi air baku.
Prof. Donny menggunakan System Hybrid G2I (green-gray infrastructure), yang merupakan konsep untuk mengintegrasikan fungsi infrastruktur fisik drainase (gray infrastructure) dan lingkungan (green) dalam penanganan limpasan.
Keunggulan dari sistem ini terletak pada ketangguhan dan fleksibilitas yang tinggi dalam menangani limpasan permukaan air hujan sekaligus mendukung konservasi air, Sistem ini juga mampu menjamin upaya konservasi air tanah dan permukaan baik dari aspek kuantitas dan kualitas air sehingga mampu mendukung terwujudnya ketahanan air perkotaan (urban water resilience) tangguh dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Kelemahan dari system Hybrid G2I (green-gray infrastructure) ini adalah terkait dengan penerapannya yang masih bersifat lokal dan sangat tergantung ketersediaan ruang fisik yang cukup di area perkotaan, dan umumnya cenderung memiliki kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi. System Hybrid G2I masih perlu diuji penerapannya pada skala wilayah yang lebih luas (misal skala DAS). Dengan kemampuannya dalam menjalankan fungsi pengendalian dan konservasi air, system Hybrid G2I (green-gray infrastructure) diyakini mampu mendukung terwujudnya ketahanan air perkotaan yang tangguh
Keberhasilan implementasi system Hybrid G2I (green-gray infrastructure) sangat tergantung komitmen kuat pihak-pihak terkait dalam penanganan limpasan di wilayah perkotaan dan semoga Konsep sistem Hybrid G2I (green-gray infrastructure) ini bisa menjadi alternatif solusi berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan limpasan air hujan di wilayah perkotaan.
Prof. Dr. Femiana Gapsari Madhi Fitri, S.T., M.T. : “TEKNOLOGI NANO KOMPOSIT DARI LIMBAH ORGANIK (TKO) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI LOGAM”
Kerugian yang ditimbulkan korosi sangat besar mencakup aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Berbagai strategi dilakukan untuk mengendalikan korosi, salah satunya dengan penambahan inhibitor.
Teknologi nano komposit dari limbah organik (TKO) merupakan material baru yang digunakan sebagai inhibitor dan pelapis korosi logam. TKO mengembangkan nano selulosa dari limbah organik sebagai nano filler ataupun sebagai matrik suatu nano komposit.
Penggunaan TKO sebagai inhibitor dan pelapis anti korosi menawarkan solusi yang menjanjikan untuk tantangan yang dihadapi oleh berbagai industri. Penggabungan TKO juga mampu memberikan performa pelapisan yang tinggi dan perlindungan korosi yang lebih unggul.
Keunggulan dari TKO sebagai inhibitor yaitu, bersifat adhesi dan penghalang yang kuat dengan penambahan nanoselulosa pada TKO. TKO juga membentuk lapisan hidrofobik pada permukaan yang heterogen dan melawan difusi uap air. Selain itu, TKO bersifat ramah lingkungan tetapi tetap memiliki kemampuan ketahanan fisik, kimia, dan korosi yang baik, serta daya rekat kuat pada substrat logam.
Kelemahan penggunaan TKO selain umur pakai dan ketahannanya rendah juga membutuhkan biaya relatif besar dari inhibitor korosi organik pada umumnya langsung dapat digunakan setelah di ekstraksi.
Penggunaan TKO sebagai inhibitor dan pelapis anti korosi menawarkan solusi menjanjikan untuk tantangan yang dihadapi oleh berbagai industri. Penggabungan TKO juga mampu memberikan performa pelapisan yang tinggi dan perlindungan korosi lebih unggul.
Pengembangan inhibitor limbah organik dilakukan dengan TKO agar memiliki kinerja dan efisiensi yang lebih tinggi.
Prof. Dr. Slamet Wahyudi, S.T., M.T. : “TEKNOLOGI MICROWAVE ABLATION (TMA) SEBAGAI PEMBANGKIT BIOPANAS TERHADAP PEMBUNUHAN SEL KANKER”
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya, serius dan melemahkan serta berhubungan dengan disabilitas beberapa fungsi neurologis, gangguan perilaku psikopatologis dan emosional yang memerlukan rehabilitasi berkelanjutan
Salah satu metode metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan terapi hipertermia yaitu Teknologi Microwave Ablation (TMA). Teknologi ini sebagai pembangkit biopanas yang memungkinkan ablasi jaringan agar lebih mudah diprediksi dan mampu menghasilkan volume ablasi lebih besar dalam jangka waktu yang lebih singkat serta memberikan intensitas energi lebih rendah sehingga kerusakan jaringan dapat dikendalikan. Distribusi temperatur transfer biopanas pada sel kanker yang dihasilkan dari TMA merupakan hasil simulasi metode elemen hingga untuk mengurangi kerusakan pada sel-sel sehat di sekitarnya dan memastikan penggunaan TMA aman dan tanpa risiko.
Kelebihan TMA yaitu mampu menghasilkan suhu sangat tinggi, sering kali lebih dari 100°C, sangat kondusif dalam penggunaan beberapa aplikator, tidak merusak jaringan dan tidak memerlukan komponen tambahan lainnya.
Kelemahan dari TMA ini adalah jika antenna yang dimasukkan pada sel kanker tidak optimal dan hasil yang diperoleh kurang efektif , bisa mematikan sel-sel di luar kanker.
Teknologi Microwave Ablation (TMA) sebagai pembangkit biopanas dapat digunakan sebagai terapi pembunuhan sel kanker dan terapi hipertermia telah menarik perhatian besar dalam beberapa dekade terakhir dan masih menjadi topik penelitian terkini bagi para peneliti ilmiah. Intervensi non-bedah ini didasarkan pada pemanasan jaringan hidup pada tingkat tertentu yang menghasilkan pengadukan molekul air. Agitasi ini menyebabkan kenaikan suhu sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel yang mampu membunuh sel tumor dalam tubuh. (WHY/Humas UB)