
Memperingati Dies Natalis ke-62, Universitas Brawijaya mengadakan kegiatan Trekking bertema Forest Healing, Sabtu (24/11/2024). Acara yang berlangsung di Sumberwangi Karangploso tersebut bertujuan memperkenalkan UB Forest sebagai kawasan hutan pendidikan yang dikelola di bawah status Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK).
“Kami ingin menunjukkan bahwa hutan ini tidak hanya untuk pendidikan, tapi juga pelatihan, riset, dan pengembangan teknologi. Salah satu aktivitas utama adalah forest healing melalui trekking, yang aman bagi kelestarian hutan,” kata Ketua Pelaksana Kegiatan Ketua pelaksana, Dr. Muhammad Rofiq, S.P., M.P.
Acara ini mencakup berbagai aktivitas seperti trekking sejauh 87 meter dengan medan yang menantang namun aman, penanaman pohon langka, hingga peluncuran teknologi pengelolaan hutan berbasis Internet of Things (IoT).
Dosen vokasi Rachmad Andri Atmoko, S.ST., M.T., memaparkan keunggulan teknologi IoT yang diterapkan, seperti penggunaan gelombang LoRa (Long Range) untuk mengatasi kendala sinyal di area hutan.
“LoRa memungkinkan pengiriman data gambar dan video meski tanpa internet, dengan dukungan baterai dan solar cell untuk efisiensi energi,” katanya.
UB Forest tidak hanya berfungsi sebagai kawasan rekreasi, tetapi juga pusat riset dan konservasi. Salah satu program unggulannya adalah kerjasama dengan Forum Pohon Langka Indonesia untuk melestarikan pohon-pohon endemik yang terancam punah, seperti Puger dan Keruing.
Rifqi Rahmat Hidayatullah, S.Hut., M.Si., dosen kehutanan sekaligus pengelola UB Forest, menjelaskan bahwa koleksi pohon langka ini dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik lingkungan UB Forest.
“Hutan ini juga diharapkan menjadi tempat riset untuk farmasi dan kesehatan, mengingat banyak manfaat farmakologis yang bisa ditemukan dari flora hutan,” imbuh Rifqi.
Pengembangan IoT di UB Forest telah dimulai dengan memasang CCTV berbasis LoRa yang dilengkapi algoritma kecerdasan buatan untuk deteksi ancaman keamanan. Teknologi ini menggunakan kombinasi protokol MQTT untuk mengirimkan data kecil, seperti gambar dan sensor lingkungan, yang akan digunakan untuk pengelolaan hutan jangka panjang.
“Kita sudah menguji perangkat ini dengan baterai solar cell. Dalam kondisi ideal, perangkat bisa bertahan hingga satu bulan tanpa pengisian daya tambahan,” jelas Rachmad.
Ketua Dies Natalis ke-62 UB, Abdul Ghofar, SE., M.Si., DBA., Ak., berharap kegiatan ini bisa membantu mengurangi stres civitas akademika sekaligus mengenalkan potensi UB Forest lebih luas. “Selain untuk healing, UB Forest bisa menjadi pusat riset teknologi berbasis IoT dan konservasi. Kami mohon dukungan untuk mewujudkan manfaat yang lebih besar di masa depan,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi langkah awal UB Forest dalam mengintegrasikan fungsi rekreasi, konservasi, dan teknologi.
Dengan pengelolaan yang tepat, UB Forest berpotensi menjadi model hutan pendidikan modern yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Rektor UB Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., jajaran rektorat, dekanat fakultas, serta peserta dari civitas akademika dan mahasiswa.
“Akses jalan ke UB Forest harus diperbaiki agar pemanfaatan hutan, baik untuk healing maupun riset, lebih maksimal,” ujar Prof. Widodo. (dilla/Humas UB)