UB Dorong Dunia Kerja Lebih Inklusif buat Penyandang Disabilitas

Sorry, this entry is only available in %LANG:,

Subdirektorat Layanan Disabilitas, Universitas Brawijaya menyelenggarakan sosialisasi dunia kerja kepada penyandang disabilitas dan mempromosikan mahasiswa dan alumni difabel di UB kepada para pemangku dan penyelenggara kebijakan di sektor pemerintah dan swasta. Kegiatan tersebut diselenggarakan Selasa (26/20/2023),  di lantai 6 Gedung Rektorat Universitas Brawijaya.

SLD UB menghadirkan perwakilan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Malang, anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia, alumni, dan mahasiswa difabel UB, dalam kegiatan ini. Melalui kesempatan ini, hadirin berpartisipasi dalam diskusi dengan tema utama berupa pertanyaan untuk mencari titik temu bagaimana agar lingkungan kerja dapat lebih inklusif bagi penyandang disabilitas. Dengan demikian, para pemateri dan hadirin turut melempar isu terkini terkait ketenagakerjaan penyandang disabilitas.

Para pemateri terdiri dari Daniel Eduard Molindo (sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia Kota Batu), Mochamad Yekti Pracoyo, ST., MT. (sekretaris Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Malang), dan Saphira Kusbandiyah, S.Si. (alumni Statistika Fakultas MIPA UB). Secara berurutan, mereka menyampaikan tentang kondisi dunia kerja terkini, khususnya kepada penyandang disabilitas.

Sebagai pengusaha, Daniel Eduard Molindo menyampaikan bahwa peluang kerja untuk penyandang disabilitas mau tidak mau memang harus diusahakan. Menurutnya, selain karena memang secara ekonomi akan meningkatkan pendapatan penyandang disabilitas, di sisi lain hal tersebut juga dapat mendorong inklusi di dunia kerja.

“Ini ide yang menarik dan menantang menurut saya. Mungkin beberapa tahun yang lalu kita tidak terpikir, namun dengan kesadaran tersebut kita bisa mulai,” ucap Daniel tegas.

Daniel mengakui bahwa dunia kerja mungkin masih gagap dengan isu disabilitas, untuk itu menurutnya dorongan berbagai pihak sangat penting untuk menjamin keterserapan difabel di dunia kerja.

“Keberadaan aturan, undang-undang terutama, itu dapat memberikan daya dorong yang sangat kuat untuk kami. Untuk swasta ada aturan 1% penyandang disabilitas dari total tenaga kerja. Meskipun mungkin saja masih banyak yang tidak terbiasa dengan hal itu, entah karena terpikir soal orientasi dunia kerja atau nilai-nilai lain yang perlu diusung,” kata Daniel.

Peluang dan Hambatan di Dunia Kerja

Saphira Kusbandiyah, atau yang akrab dipanggil Sasa, memaparkan berbagai pengalamannya selama ini sebagai difabel di dunia kerja. Sasa saat ini bekerja di Toyota Indonesia setelah beberapa tahun sebelumnya juga bekerja di salah satu anak perusahaan BUMN. Ia juga banyak punya pengalaman sebagai co-founder sebuah lembaga bernama FiloStat. Sebagai alumni Statistika, ia memiliki passion di bidang visualisasi dan pengolahan data.

Sesuai pengalaman kerjanya, Sasa menyampaikan beberapa hal terkait dengan proses rekrutmen, job description, jenjang karier, dan cara berpikir perusahaan dan dunia kerja selama ini terkait penyandang disabilitas. Sasa menekankan bahwa peluang dan hambatan di dunia kerja bagi penyandang disabilitas sama-sama ada.

“Dari berbagai hambatan dan peluang itu, kita menjadi harus memiliki effort lebih sebagai difabel. Itu bahkan akan berbeda dengan pekerja non-difabel,” pesan Sasa.

Sasa juga menyampaikan bahwa meskipun dunia kerja telah diwajibkan untuk membuka kesempatan kepada penyandang disabilitas, dua sisi antara lapangan kerja dan individu difabel harus sinkron satu sama lain. Ia sebagai pengguna kursi roda mencontohkan bagaimana tempat kerja juga harus memiliki wawasan tentang aksesibilitas, baik fisik maupun sosial, hingga tentang bagaimana keterlibatan difabel di dunia kerja.

“Bahkan bisa jadi kita diterima bekerja, tapi tidak begitu jelas apa job description-nya. Itu juga akan mengeksklusi kami sebagai difabel. Percuma ada rekrutmen, bahkan rekrutmen yang kurang inklusif sekalipun, tapi kemudian di tengah jalan hal-hal yang prinsipil juga dilupakan, seperti jenjang karier, gaji, dan lainnya,” papar Sasa.

Sasa juga mencontohkan dengan tegas pengalaman teman-teman difabel di dunia kerja yang menurutnya masih timpang dibandingkan dengan pekerja non-difabel.

“Ada itu teman saya, dari dulu ya posisinya di situ saja dan berkosekuensi pada gajinya yang juga tidak mengalami kenaikan atau apapun. Dia yang bekerja bertahun-tahun di tempat yang sama tidak memiliki peluang yang sama dengan non-difabel untuk mencapai jenjang karier tertentu,” tegas Sasa.

Beberapa peserta baik yang hadir secara offline maupun online turut bertanya dan memberikan tanggapan terkait dunia kerja saat ini. Mereka juga menyinggung soal kemungkinan-kemungkinan seperti perlakuan yang tidak wajar hingga penyisihan difabel di dunia kerja.[mahali]