Training Pendidikan Inklusif bagi Guru, Tenaga Pendidik dan Penyandang Disabilitas

Pusat Studi Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PDLD UB) bekerjasama dengan La Trobe University Melbourne, Australia,mengadakan pelatihan pendidikan inklusif bagi guru, tenaga pendidik dan penyandang disabilitas. Kegiatan dilakukan secara daring selama tujuh hari (13/4-29/4/2021).

Sekretaris Pusat Studi Layanan Disabilitas Wahyu Widodo, M.Hum menjelaskan pelatihan tersebut digelar karena pandemi memberikan dampak sangat besar terutama bagi pelajar disabilitas.

“Berbagai laporan menyebutkan di awal pelaksanaan belajar jarak jauh, tenaga didik dan siswa kesulitan untuk dapat melaksanakan program belajar mengajar. Persoalan ketidaktersediaan alat seperti telepon genggam, laptop, jaringan internet yang tidak stabil sampai pada kurangnya kemampuan tenaga didik dalam mengakses teknologi. Satu hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa kesulitan yang dihadapi oleh siswa disabilitas dalam proses belajar jarak jauh, menjadi jauh lebih sulit dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki disabilitas,”katanya.

Perubahan pada penggunaan teknologi berakibat pada ketidakpastian tentang aksesibilitas alat dan sarana yang digunakan oleh tenaga pendidik. Banyak dari tenaga pendidik pada awal masa pembelajaran jarak jauh menggunakan platform aplikasi yang tidak sepenuhnya aksesibel dan memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas.

“Misalnya, untuk siswa disabilitas tuna netra, aplikasi yang digunakan tidak aksesibel bagi mereka. Selain itu, untuk siswa dengan gangguan pendengaran pun kesulitan untuk dapat berpartisipasi secara baik selama proses belajar,”katanya.

Oleh karena itu, melalui pelatihan kali ini diharapkan para tenaga pengajar bisa menyesuaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kebutuhan pelajar.

Hal-hal teknis yang disampaikan dalam pelatihan tersebut misalnya bagaimana mengelola media pembelajaran aksesibel, bagaimana mengevaluasi atau mengukur waktu belajar bagi siswa berkebutuhan khusus, dan bagaimana menerjemahkan materi-materi abstrak bagi pelajar tuna rungu.

“Misalnya bagi pelajar tuna netra kan biasanya ada screen reader untuk memindahkan teks nah bagaimana menerjemahkan alat yang tidak bisa terbaca screen reader misalkan grafik akan diberikan dalam pelatihan kali ini,”katanya.

Beberapa pemateri yang dihadirkan dalam kegiatan kali ini adalah Professor Umesh Sharma dari Monash University, Dr Ramunas Rar dari La Trobe University, dan Pujaningsih, Ed.D dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNT).

Pelatihan tersebut diikuti sebanyak 72 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.

“Pada awalnya ada 900 pendaftar yang ingin bergabung dalam pelatihan ini. Akhirnya kami seleksi menjadi 72 peserta mengingat ruang yang kami sediakan juga terbatas,”katanya.(OKY/Humas UB).