Banyaknya pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia yang tidak memiliki dokumen imigrasi untuk tinggal di Malaysia merupakan suatu masalah tersendiri ketika kemudian mereka menikah dengan sesama pekerja migran hanya secara agama. Anak yang lahir dari pernikahan tersebut otomatis juga tidak mempunyai dokumen kependudukan yang lengkap. Kondisi ini menyebabkan anak PMI mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan fasilitas lainnya di Malaysia. Anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal rentan terhadap eksploitasi, pelecehan, dan keterlibatan dalam aksi kriminal. Banyak organisasi masyarakat Indonesia di Malaysia yang berinisiatif mendirikan sanggar bimbingan sebagai tempat belajar non-formal bagi anak-anak PMI di Malaysia yang kesulitan mengakses pendidikan formal. Selain itu, ada pula sanggar bimbingan yang memfasilitasi anak-anak untuk mengembangkan bakat mereka dalam seni, musik, dan olahraga.
Sanggar Bimbingan Wira Damai (SBWD) adalah salah satu sanggar bimbingan yang didirikan oleh Sanggar Bimbingan Yakesma dan memfasilitasi sekitar 30 anak dengan rentang usia 7-15 tahun. SBWD terletak di Kampung Melayu Wira Damai, 68100 Batu Caves, Selangor, Malaysia. Menurut pengurus SBWD, anak-anak di sanggar umumnya memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar namun memiliki keterampilan dasar matematika yang rendah. Selain itu, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh SBWD, yaitu keterbatasan jumlah guru yang berkualitas dan berpengalaman serta kekurangan dana untuk menyelenggarakan pendidikan, seperti untuk membayar guru dan menyediakan fasilitas belajar. Oleh karena itu, dosen-dosen di Departemen Matematika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) tergerak untuk membantu SBWD.
Pada hari Selasa, (13/8), tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Departemen Matematika UB yang terdiri dari Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, Prof. Dr. Agus Suryanto, M.Sc., dan Ummu Habibah, Ph.D. hadir di SBWD untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan minat anak-anak terhadap matematika. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 30 anak berusia 5-11 tahun. Di tengah keterbatasan yang ada, tim PkM Departemen Matematika UB dengan antusias mengajak anak-anak bermain, menggambar, dan bercerita, sambil mengenalkan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan PkM yang pertama kali kami lakukan di luar negeri sehingga saat ini belum banyak hal-hal berarti yang dapat kami lakukan. Kami berharap kegiatan ini menjadi awal yang baik dan membuka peluang untuk kegiatan-kegiatan kerja sama yang lain. Masih banyak sanggar bimbingan di Malaysia yang memerlukan bantuan sehingga kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan serupa yang lebih bervariasi dan kreatif pada tahun depan. Selain itu, sanggar bimbingan dapat pula dipertimbangkan untuk menjadi tempat kegiatan KKN / PkM mahasiswa,” ungkap Wuryansari selaku ketua tim.
Pada kesempatan tersebut juga telah dilakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Dekan FMIPA UB dengan Shohenuddin, M.Ed. selaku pimpinan Sanggar Bimbingan Yakesma yang membawahi SB Wira Damai. Diharapkan MoA tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, bukan hanya oleh Departemen Matematika melainkan juga oleh departemen lain di FMIPA. Selain itu, diserahkan pula seperangkat alat peraga permainan matematika yang diharapkan dapat digunakan oleh anak-anak di SBWD untuk meningkatkan minat belajar. Departemen Matematika sebagai bagian dari Universitas Brawijaya yang merupakan salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan manfaat semaksimal mungkin bagi Masyarakat Indonesia. [PON/HUMAS/WMK]