Diluncurkannya Mahasiswa Membangun Desa oleh Universitas Brawijaya, memberi konstribusi nyata pada masyarakat pedalaman yang masih perlu pendampingan untuk terus meningkatkan taraf hidupnya dari berbagai sisi seperti pendidikan, religiusitas, karakter, pertanian, peternakan, pelestarian lingkungan dan ekonomi. Salah satunya, dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Inilah yang dilaksanakan oleh tim hibah pengabdian kepada masyarakat strategis 1000 desa. Tim yang diketuai oleh Khalid Rahman, S.Pd.I., M.Pd.I. ini melaksanakan program peningkatan kualitas pendidikan melalui literasi dan digitalisasi sumber belajar, berbasis Kurikulum Merdeka.
Tim ini terdiri atas Dr. George Towar Ikbal Tawakkal, M.Si., Albar Adetary Hasibuan, M.Phil., dan Ahmad Zaki Fadlur Rohman, S.IP., M.A. mengadakan digitalisasi ini di SDN Tenggerwetan 1 No. 453.
Salah satu kendala peningkatan kualitas pendidikan di desa ini, menurut Albar, adalah minimnya sinyal selular. “Mayoritas masyarakat desa Tenggerwetan mendapatkan sinyal selular hanya mengandalkan jaringan wifi yang dijualbelikan berbentuk voucher oleh usahawan lokal yang sinyalnya terbatas”, jelasnya.
Dari permasalahan ini. tim dosen UB menawarkan meningkatkan bandwidth untuk sekolah. “Usaha ini pernah dilakukan sebelumnya, namun tidak membuahkan hasil. Sehingga saat ini yang bisa dilakukan adalah menambah router di sekolah agar sinyal wifi bisa terjangkau lebih luas”, ujarnya.
Selain itu, imbuhnya, tim dosen pengabdian juga akan berkirim surat untuk para provider agar merespon baik keresahan masyarakat dan guru-guru terkait sinyal selular terutama untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berbasis digital dan internet.
Tenaga pengajar di sekolah ini, sesuai pengamatan tim, memiliki potensi kreatif, salah satunya melalui situs resmi sekolah tenggersatu.id. Meski begitu, Albar menilai dukungan infrastruktur harus terus ditingkatkan. “Kami mendatangkan Pelatih Kurikulum Merdeka tingkat nasional yaitu Galih Puji Mulyoto, M.Pd. dan Tutor PPG (Pendidikan Profesi Guru) untuk mendampingi pembuatan modul ajar dan modul proyek, yang tentunya diawali dengan penyusunan capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran hingga merancang pembelajaran dan jadwal pelajaran”, jelasnya.
Kurikulum ini, jelas Galih, adalah untuk mendongkrak kualitas pendidikan setelah menghadapi krisis Pandemi Covid-19, ancaman konten negatif di dunia digital, tekanan finansial di institusi pendidikan, akses digital di semua industri dan pembaharuan keterampilan di dunia digital yang membutuhkan cyber security. “Kurikulum merdeka menghantarkan anak didik siap menghadapi tantangan zamannya dengan tetap mewarisi nilai dan budaya karakter bangsa Indonesia, hingga siap memerankan diri di zamannya dengan tetap religius dan rahmatan lil ‘alamain”, jelasnya.
Dari pendampingan ini, diharapkan ada peningkatan pada akses sumber belajar dan informasi di sekolah berbasis kurikulum merdeka. “Kami juga berharap ada kerjasama berkelanjutan di desa ini, diluar pendidikan”, pungkasnya.