Dalam upaya untuk mengatasi permintaan yang meningkat untuk micro-credentials di ranah akademis, Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, S.TP., M.P berpartisipasi dalam Workshop on Building a Common Understanding and Set of Policies for Micro-credentials. Workshop tersebut diselenggarakan SEARCA, Los Baños, Laguna, Philippines pada 05-08 May 2024 sebagai bagian Project dengan pendanaan Erasmus+.
Dalam pertemuan ini, hadir pula beberapa pimpinan perguruan tinggi anggota SEARCA seperti Wakil Rektor Bidang Quality Development Katsersat University, Thailand, Dr Buncha Chimnasri, Dr. Glenn Gregorio selaku SEARCA Centre Director, Prof. Dr. Wening Udasmoro, SS, M.Hum., DEA sebagai Wakil Rektod Bidang Akademik Universitas Gadjah Mada, Prof. Chaiyot Sumirtsakun selaku Wakil Rektor Bidang Akademik Maejo University Thailand, Prof Dodik Ridho Nurochmat dari Sekolah Pascasarjana IPB, University of Philipine Los Banos (UPLB), Visayas State University dan Central Luzon State University, Filipina, dan Universitas Malaysia Sabah, Malaysia.
Workshop ini ditujukan untuk pengembangan strategi, perjanjian, dan kerangka kerja untuk pembentukan dan jaminan kualitas micro-credentials, dengan fokus pada Food Security & Climate Change (FSCC). Perwakilan dari universitas-universitas peserta, pakar subjek terkemuka dalam FSCC, dan pemangku kepentingan kunci dalam pengembangan kurikulum, akreditasi, pembuatan kebijakan, dan jaminan kualitas menghadiri acara tersebut.
Workshop tersebut mencakup berbagai topik penting untuk implementasi yang efektif dari micro-credentials di lingkungan akademis. Peserta terlibat dalam diskusi yang produktif tentang hambatan logistik dan administratif, standar jaminan kualitas, integrasi ke dalam kursus yang ada, mekanisme konversi kredit, kemitraan industri, dan lainnya. Melalui sesi interaktif, kelompok diskusi, dan diskusi terbuka, peserta secara kolaboratif mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam lanskap micro-credentials.
Peserta dikelompokkan dalam Wawancara Kelompok Fokus (FGD) untuk memperdalam pertanyaan-pertanyaan krusial seputar implementasi kebijakan, jaminan kualitas, komponen-komponen micro-credentials, integrasi ke dalam kursus yang ada, mekanisme konversi kredit, kemitraan industri, dan regulasi mahasiswa. “Temuan berharga muncul mengenai perlunya kebijakan yang jelas, mekanisme jaminan kualitas yang kuat, kerangka integrasi yang fleksibel, dan proses transfer kredit yang lancar untuk memastikan efektivitas dan pengakuan micro-credentials dalam program gelar”, ujar Imam.
Di akhir sesi, peserta mengidentifikasi titik aksi kunci dan merumuskan langkah-langkah berikutnya untuk memajukan agenda micro-credentials dalam pendidikan tinggi. Pembentukan kriteria umum, harmonisasi kebijakan universitas, pengembangan kerangka kerja jaminan kualitas, dan memperkuat kemitraan industri menjadi area prioritas untuk kolaborasi masa depan.
Hasil workshop tersebut menjanjikan transformasi lanskap pendidikan tinggi, memfasilitasi kolaborasi lintas disiplin, dan membekali peserta didik dengan keterampilan yang lentur untuk menghadapi tantangan yang berkembang di abad ke-21. “Sementara Universitas Brawijaya melanjutkan perjalanan menuju keunggulan pendidikan, inisiatif-inisiatif seperti ini menjadi pendorong perubahan positif dan pembangunan berkelanjutan dalam ranah akademis”, pungkasnya.
Mikrokredensial UB adalah program belajar di luar kampus bagi mahasiswa UB untuk memperoleh ketrampilan atau kompetensi spesifik dibidang ilmu tertentu bersertifikat yang ditawarkan oleh kampus atau lembaga pendidikan dan/atau organisasi professional secara online atau offline. Program mikrokredensial dirancang secara fleksibel dan mudah diakses peserta untuk memperoleh keterampilan baru atau memperbarui ketrampilan yang sudah ada tanpa harus mengikuti program gelar penuh