Tim pengabdian masyarakat dari Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya menggandeng praktisi pertanian sayur dan buah melaksanakan pelatihan bercocok tanam sederhana skala rumah tangga (urban family farming) di wilayah Sawojajar 2 Malang. Kegiatan yang diketuai oleh Yeney Widya Prihatiningtias, DBA., Ak., CA., tersebut bertujuan untuk memanfaatkan lahan sempit perumahan untuk menanam sayur dan buah yang nantinya akan dapat meningkatkan gizi keluarga dan di skala lebih besar akan memperbaiki ekonomi keluarga.
“Selain itu, tentunya tujuan yang paling sederhana adalah untuk penghijauan wilayah perumahan agar terlihat lebih asri dengan tanaman sayur dan buah yang seragam atau sama antar rumah. Urban family farming ini juga menggunakan bahan-bahan rumah tangga yang sudah tidak digunakan lagi, sehingga harapannya juga akan ramah lingkungan dan meminimalkan sampah yang terbuang,” kata Yeney.
Andi Rizal, SP. yang merupakan lulusan dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan sudah berpengalaman mengelola lahan pertanian serta green house sejak tahun 2012, menjadi narasumber di kegiatan ini.
Dia memberikan beberapa materi terkait konsep pertanian secara umum dan selanjutnya langsung dipraktekkan oleh para peserta pelatihan sekitar 30 orang yang mayoritas ibu-ibu.
Konsep tersebut terdiri dari pengenalan media tanam, pupuk organik dan nonorganik (kimia), penggunaan pestisida, serta tahapan pertumbuhan tanaman. Setelah mendapatkan materi, para peserta kemudian langsung mencoba menanam bibit buah melon dengan jenis rock melon (melon hijau) dan cabe cherry (cherry pepper chilli) di media tanam yang sudah disediakan. Setiap peserta mendapatkan satu tanaman melon dan satu tanaman pok coy sebagai souvenir acara.
Andi juga memantau proses pengerjaan para peserta ketika mencoba menanam bibit di media tanah.
Penanaman dilakukan di polybag yang diisi fermentasi limbah tebu (blotong), arang sekam, dan cocopeat (serbuk sabut kelapa). Seluruh peserta merasa gembira mendapatkan bibit yang sudah ditanam sendiri tersebut, apalagi ketika diberikan hadiah hiburan berupa souvenir berlogo Universitas Brawijaya kepada para peserta yang aktif berpartisipasi selama kegiatan berlangsung.
Andi juga mengatakan bahwa sukses tidaknya bercocok tanam bergantung pada pemberian pupuk dan penyemprotan pestisida.
“Pupuk dapat dibuat dari sampah basah menjadi kompos dan pestisida juga bisa disediakan dari bahan nabati. Di kegiatan tersebut juga diajarkan cara membuat pestisida dan kompos,” katanya.
Tim pengabdian dari Departemen Akuntansi telah menyediakan bahan yang diperlukan sehingga peserta bisa langsung melihat bagaimana cara pembuatannya.
Nonik, selaku Ibu RW 17 Mangliawan Pakis mengatakan belum pernah ada kegiatan pelatihan pertanian seperti ini di wilayahnya dan tentunya sangat membawa manfaat bagi para peserta untuk dapat menghijaukan lingkungan rumahnya serta kelak mendapatkan hasilnya.
“Selain itu, tanaman melon dan cabe ini juga akan dapat menjadi ciri khas di RW tersebut serta menjadi pembeda dengan wilayah RW lainnya. Saya berharap akan ada pelatihan lanjutan serta monitoring dari hasil menanam bibit hari ini agar peserta dapat mengevaluasi serta memperbaiki proses penanaman yang telah dilakukan sehingga ke depannya hasil yang akan diperoleh menjadi semakin baik, “ katanya. (YNY/OKY/Humas UB).