Tim Paduan Suara Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) kembali menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Penabur International Choir Festival (PICF) 2024 yang diadakan di Penabur International School Kelapa Gading, Jakarta Utara selama satu minggu (7-14/9/2024). Kompetisi yang diikuti lebih dari 5.000 peserta ini menghadirkan tim-tim terbaik dari berbagai provinsi di Indonesia dan Filipina. Dalam kompetisi tersebut, UB berhasil meraih Juara 2 kategori Mixed Choir Level A dan Juara 3 kategori Music of Religion.
Noor Avia Wardaningrum, yang akrab disapa Winy, ketua official Tim Paduan Suara UB, menceritakan bagaimana mereka mengikuti kompetisi ini.
“Lomba yang kami ikuti kemarin adalah Penabur International Choir Festival. Kami sangat bersyukur bisa mencapai posisi kedua di kategori Mixed Choir dan ketiga di kategori Music of Religion,” ungkap Winy.
Tim ini terdiri dari 38 penyanyi, 1 official, dan 1 konduktor, Annas Dwi Satriyo, yang berhasil membawa UB bersaing dengan 126 tim paduan suara lainnya. PICF kali ini menghadirkan juri-juri mancanegara dan nasional, menjadikannya kompetisi yang semakin kompetitif dan prestisius.
Berbicara tentang bagaimana timnya berhasil mencapai podium, Winy menjelaskan bahwa ini bukanlah perjalanan yang singkat.
“Kami mulai berproses sejak Februari, dan masih akan berlanjut hingga November untuk Asian Choral Grand Prix di Malaysia. Persiapan kami sangat banyak, mulai dari fisik, mental, hingga finansial. Semuanya dikerahkan untuk mencapai hasil yang diharapkan,” tambahnya.
Dalam menghadapi tantangan, Winy mengakui bahwa menyatukan banyak pikiran dalam satu tim bukanlah hal mudah.
“Tantangan terbesar kami adalah menyatukan visi dan arah tujuan tim, terutama karena kami terdiri dari berbagai individu dengan cara berpikir yang berbeda. Selain itu, waktu juga menjadi kendala besar, karena beberapa anggota masih harus menyelesaikan kuliah dan beberapa sudah bekerja,” katanya.
Winy juga memaparkan bagaimana ketatnya sistem penilaian dalam kompetisi paduan suara ini. Penilaian dilakukan berdasarkan dua aspek utama, yaitu teknis dan artistik. Dari segi teknis, juri menilai kemampuan setiap individu untuk menghasilkan suara yang jernih, merdu, dan sesuai dengan notasi musik. Sementara dari sisi artistik, juri melihat bagaimana tim bisa menyampaikan pesan dan emosi melalui musik, termasuk presentasi panggung yang mencakup gerakan tubuh dan ekspresi wajah.
Meskipun bangga dengan pencapaian yang diraih, Winy tidak menampik bahwa ada sedikit kekecewaan karena belum berhasil mencapai target utama.
“Tentu saya merasa senang dan bangga karena masih mampu mempertahankan peringkat di kompetisi besar seperti ini. Namun, saya juga sedikit sedih karena belum mencapai target utama. Tapi ini menjadi pembelajaran penting untuk kami agar lebih fokus dan bekerja lebih keras ke depannya,” ujarnya dengan rendah hati. [dea/sitirahma]