Tim KJF Psikologi Ajarkan Disability Awareness pada Guru Sekolah Inklusif

Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) Disabilitas Jurusan Psikologi FISIP mengadakan pelatihan bagi guru sekolah inklusi di Kota Malang agar memahami cara penanganan yang tepat bagi siswa berkebutuhan khusus sehingga bisa maksimal dalam proses pengajarannya.

“Di berbagai kesempatan, sekolah menerima siswa dengan karakteristik disabilitas tertentu yang nampak, namun tidak secara pasti mengetahui jenis disabilitasnya karena kurang memahami sistem diagnosis dan screening. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran ke depannya, yaitu guru tidak memahami cara penanganan yang tepat bagi siswa berkebutuhan khusus sehingga kapasitas optimal mereka kurang termaksimalkan,”kata Koordinator KJF Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Pelaksanaan pelatihan hari ke2 mengambil tema “Disability Awareness bagi Guru Sekolah Inklusif”.

Kegiatan dibuka dengan sesi interaktif mengambil tema Membongkar Pemahaman Mengenai Penyandang Disabilitas yang dipandu oleh Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog.

Pada sesi ini, peserta diajak memahami mitos-mitos penyandang disabilitas dan faktanya.

Pemahaman ini penting, karena jika pemahaman para guru berangkat dari mitos-mitos maka akan menjadi hambatan besar dalam memberikan layanan yang tepat bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

Pada sesi selanjutnya, peserta mengikuti paparan dari narasumber Admila Rosada, M.Psi., Psikolog.

Narasumber yang merupakan psikolog dari Wisesa Consulting Yogyakarta ini telah memiliki pengalaman praktis belasan tahun menangani dan mengelola lembaga pendidikan inklusif.

Admila memaparkan mengenai sistem pendidikan inklusif dan bagaimana cara mengenali kebutuhan khusus siswa penyandang disabilitas.

Sesi pelatihan ditutup dengan diskusi dan tanya jawab. Seluruh kegiatan dipandu dan dimoderatori oleh Ratri Nurwanti, M.Psi., Psikolog.

Pelaksanaan pelatihan hari ke 3 mengambil tema “Peran Guru dalam Mengembangkan Disability Awareness di Sekolah”.

Kegiatan ini dibuka oleh moderator Dian Putri Permatasari, S.Psi, M.Si. Sesi awal yaitu pemaparan materi dari narasumber Sri Rahayu Widyastuti, S.Psi. yang merupakan guru dari Sekolah Tumbuh di Yogyakarta, yang telah memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun mengajar di sekolah inklusif.

Dia memaparkan mengenai bagaimana disability awareness ditanamkan di sekolah, di awali dari lingkup kebijakan sekolah, guru, baru kemudian diajarkan pada siswa.

Rahayu juga menjelaskan contoh konkrit berbagai bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam mengajarkan disability awareness pada siswa di kelas berdasarkan pengalamannya selama menjadi guru di sekolah inklusif.

Setelah sesi tanya jawab dengan narasumber, sesi berikutnya adalah brainstorming dengan melibatkan peserta. Moderator meminta tanggapan peserta berkaitan dengan kegiatan yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan disaility awareness, termasuk dukungan apa saja yang penah diberikan sekolah dalam menanamkan perilaku tersebut pada siswa.

Peserta memberikan tanggapan yang beragam, namun dapat disimpulkan bahwa kebanyakan peserta belum sepenuhnya pernah mengajarkan disability awareness pada siswa di sekolah. (*/Humas UB).