Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB) yang diketuai oleh Dr. Ir. Sri Minarti, MP., IPM, ASEAN Eng. (Fakultas Peternakan), dengan anggota Jamila Wijayanti, S.S., M.Pd. (Fakultas Ilmu Budaya), Dr. Desi Prianti, S.Sos, M.Comn. (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Prof. Dr. Ir. Lilik Eka Radiati (Fakultas Peternakan), dan Ria Dewi Andriani, S.Pt, MP., M.Sc. (Fakultas Peternakan) melaksanakan Doktor Mengabdi luring dengan protokol kesehatan ketat di Magetan.
Kegiatan Doktor Mengabdi ini mengusung tema tentang ‘Pembangunan kampung Kelinci Berbasis Masyarakat sebagai Destinasi Wisata Baru dan Peningkatan Kesejahteraan di Desa Tanjungsari Panukan Magetan’. Latar belakang mengusung tema tersebut adalah banyaknya petani kelinci yang mengalami kerugian besar di masa pandemi karena kurang pemberdayaan kualitas sumber daya manusia.
Dalam pelatihan tersebut setiap dosen mempunyai tugas masing-masing. Sri Minarti menjelaskan manajemen konsep kampung kelinci berupa jasa transportasi dan persewaan, produk olahan kelinci, arena bermain atau taman kelinci, sarana prasarana pendukung wisata.
“Manfaat kampung kelinci antara lain (1) meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kawasan, (2) meningkatkan perhatian masyarakat dan nilai tambah terhadap kelinci, (3) menciptakan/memperluas lapangan kerja, (4) mencegah urbanisasi, (5) meningkatkan ekonomi/kesejahteraan warga, (6) menyelamatkan lingkungan, (7) menggali dan meningkatkan kearifan lokal, (8) menyediakan sumber pangan terjangkau, dan (9) membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan penyediaan pelayanan bagi warganya,” jelas Sri Minarti
“Selain itu, dalam tiga tahun ke depan petani kelinci harus memperhatikan tiga hal yaitu meningkatkan kualitas pengembangan budidaya ternak kelinci, produksi pakan yang komplit, pengembangan produk olahan dan pengolahan kotoran,” imbuhnya.
Desi Prianti menyampaikan pelatihannya tentang ‘Manfaat Branding Kawasan (Destination Branding)’ yaitu bagaimana membangun narasi yang konsisten dan mengidentifikasi aset yang paling menarik atau paling menonjol untuk menarik perhatian pelanggan dan pengunjung atau calon pelanggan dan calon pengunjung. Desi menjelaskan dengan saksama kiat-kiat dalam menciptakan citra di kalangan masyarakat.
“Pada kesempatan kali ini kita membangun narasi yang konsisten tentang desa Tanjungsari, Panekan, Magetan supaya bisa menonjol dibandingkan dengan kompetitornya. Aset yang dimiliki akan menjadi citra di kalangan masyarakat. Dengan ini pula masyarakat akan mudah mengenal objek destinasi,” jelasnya.
“Terkait dengan destination branding, kita perlu membangun brand image atau citra merek yang dapat dikomunikasikan secara konsisten. Hal semacam ini dapat digunakan untuk logo, slogan, poster, dan produk, sehingga mindset calon pengunjung dapat langsung mengetahui jika kita membicarakan desa kelinci maka yang terpikirkan adalah Tanjungsari, Panekan, Magetan,” ungkapnya.
“Ada beberapa logo yang dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan destinasi kampung kelinci desa Tanjungsari, Panekan, Magetan. Ini digunakan untuk menggambarkan atau mencerminkan bahwa Tanjungsari adalah sentra peternak kelinci. Konteks sentra peternak kelinci ini membedakan desa Tanjungsari dengan destinasi wisata kelinci yang lainnya,” tuturnya.
Pada akhir presentasi Desi menyampaikan tiga hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan destination branding.
“Edukatif, maksudnya pengunjung dapat ikut serta dalam mengolah produk olahan kelinci. Fun, di dalamnya menawarkan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh remaja bahkan keluarga. Bersih, agar menarik minat pengunjung,” pungkasnya.
Ria Dewi Andriani menyampaikan materi dan membuat pelatihan untuk membuat bakso kelinci, nugget kelinci, dan abon kelinci. Tim Doktor Mengabdi ini meluncurkan produknya di salah satu acara yang diselenggarakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan. Mereka memiliki stan untuk memasarkan produk olahan dari daging kelinci.
Pandemi merupakan salah satu alasan untuk mengenalkan olahan produk kelinci secara daring. Oleh karena itu, Jamila Wijayanti menjelaskan materi tentang ‘Pengenalan Pemasaran Produk Secara Online’ beserta strategi-strateginya.
“Pandemi yang membatasi ruang gerak kegiatan manusia ini memaksa seluruh kegiatan dilaksanakan secara daring. Begitu juga dalam sektor perekonomian, termasuk jual beli hampir seluruhnya dilaksanakan secara daring. Banyak media sosial atau pasar online yang dapat digunakan untuk membuka lapak untuk pemasaran produk. Begitu juga oleh-oleh olahan produk kelinci ini. Sehingga, hal ini mendorong tim ini merancang online shop untuk memasarkan produk olahan kelinci,” jelasnya.
“Hari pertama, kami menghadirkan petani kelinci dari desa Tanjungsari dan Sumberdodol. Kemudian, hari kedua mengundang ibu-ibu PKK untuk pelatihan dan praktik membuat olahan dari daging kelinci. Di hari pertama, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan mendatangi tempat pelatihan untuk memberi dukungan kegiatan ini. Respons dari masyarakat sangat bagus karena bisa menjadi alternatif solusi ketika pasar kelinci lagi lesu dan menjadi terobosan baru untuk mengolah daging kelinci yang bisa dikonsumsi masyarakat luas,” pungkasnya. [DTS]