
Tiga profesor Universitas Brawijaya (UB) raih penghargaan Inspiring Figures dari salah satu media terbesar di Jawa Timur. Mereka adalah Prof. Dr. Moh. Khusaini, S.E., M.Si., M.A dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Dr. Ir. Loekito Adi Soehono, M.Agr dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP dari Fakultas Teknologi Pertanian. Penghargaan ini diterima Minggu, (20/06/2021), di Hotel Aria Gajayana, dengan protokol kesehatan ketat.
Prof. Dr. Moh. Khusaini, S.E., M.Si., M.A dipilih menjadi salah satu figur yang menginspirasi berkat kiprah dan perjuangannya mulai semasa kuliah hingga saat ini. Tidak ingin membebani keluarga, semasa menempuh kuliah S1 di UB, Ia tinggal di masjid sekaligus membantu mengurus masjid tersebut sebagai marbot.

Dengan menjadi marbot, Ia tidak perlu memikirkan biaya kos. Ia juga mencari penghasilan untuk biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari dengan memberikan kursus privat bahasa Inggris serta mencari beasiswa. Hal tersebut Ia lakukan sampai lulus S1, hingga Ia mendapatkan beasiswa S2 dari USAID untuk studi lanjut di Andrew Young School of Policy Studies, Georgia State University, USA dibidang Ekonomi, kemudian ia melanjutkan S3 bidang Ekonomi di UB.
Saat ini, Ia mendapat amanah sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan di FEB. “Seringnya berinteraksi dengan para mahasiswa dan berbagai persoalan yang mereka hadapi, saya selalu memberi motivasi dan berusaha mencarikan jalan keluar, terutama bagi mereka yang berprestasi namun kurang mampu secara ekonomi,” katanya.
Profesor Bidang Ilmu Ekonomi dan Bisnis ini juga tengah merintis rumah tahfidz untuk mewadahi mahasiswa kurang mampu, sekaligus belajar Alquran. Sehingga mahasiswa dapat belajar tanpa memikirkan biaya kos. “Yang saya ingin tekankan kepada para mahasiswa, bahwa kekurangan ekonomi tidak menghalangi kita untuk tetap bisa meraih sukses. Banyak jalan menuju Roma,” tegasnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Loekito Adi Soehono, M.Agr dipilih sebagai salah satu sosok yang menginspirasi atas kontribusinya dalam mendorong dan membantu ribuan mahasiswa dan dosen Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi di luar negeri.
Guru besar bidang ilmu Statistika ini sudah lama menggeluti kerja sama dengan luar negeri. Ia juga tak segan memotivasi mahasiswa maupun dosen, bahkan memberikan saran-saran agar sukses dalam interview beasiswa. Dan berkat kegigihannya, saat pertama kali dibuka beasiswa Dikti pada tahun 2006, UB mendapat beasiswa terbanyak, yaitu untuk 56 mahasiwa untuk studi lanjut di berbagai negara.
“Saya bahagia di usia saya sekarang masih bermanfaat bagi banyak orang. Saya berharap semakin banyak dosen, tenaga kependidikan, dan alumni UB yang memanfaatkan beasiswa studi lanjut ke luar negeri, karena saat ini LPDP memfasilitasi beasiswa untuk dosen dan tendik. Kami selalu siap mendukung sehingga UB dapat mencapai visinya menjadi World Class University,” ungkap lulusan S2 dan S3 University of Sydney ini.
Saat ini melalui lembaga edukasinya Loekito Education Group dan Azet Language Centre, Prof. Loekito masih aktif memberikan informasi studi luar negeri dan beasiswa kepada para lulusan UB dan alumni perguruan tinggi lain. Ia juga kerap mengadakan pameran virtual studi luar negeri, serta informasi virtual mengenai bagaimana cara mendapatkan skor tinggi dalam IELTS, bagaimana cara mendapatkan beasiswa, baik untuk umum, PNS, santri, serta afirmasi.

Lain halnya dengan Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP, penghargaan Inspiring Figures Ia dapatkan berkat konsep besarnya tentang pertanian dan agroindustri masa depan. “Penghargaan ini kita syukuri sebagai bagian dari ikhtiar kita semua untuk terus berusaha lakukan yang baik dan semakin baik. Alhamdulillah beberapa pokok pikiran dihargai sehingga terpilih menjadi salah satu Inspiring Figure,” kata pria yang saat ini menjabat sebagai Dekan FTP ini.
Melihat kondisi pertanian di pedesaan yang sempit dengan tenaga kerja dengan usia relatif tua, serta adanya konversi lahan pertanian, menurutnya sudah saatnya membangun suatu model yang disebut dengan corporate farming. Dengan pengelolaan berbasis corporate, diharapkan adanya peningkatan efisiensi, peningkatan produktivitas, dan peningkatan nilai tambah di sektor hilir melalui berbagai inovasi produk olahan hasil pertanian.
“Karena itu butuh petani milenial dan di satu sisi, dan di sisi lain butuh pengolah pangan milenial, sehingga inovasi-inovasi produk, kemampuan menerjemahkan keinginan pasar atau konsumen kepada atribut produk pangan yang sehat, ini dibutuhkan. Dan ini masanya petani dan pengolah hasil pertanian milenial utuk terus mencintai produk-produk berbasis pertanian,” papar profesor bidang ilmu Sistem dan Manajemen Agroindustri ini. [Irene/Humas UB]