Kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya di dunia industri minyak dan gas mengambil peranan penting dalam keberlangsungan rutinitas harian. K3 memberikan jaminan kepada para pekerja atas keamanan serta kesehatan dan keselamatan lingkungan bagi para pekerja. Penerapannya secara ideal juga mengurangi bahkan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, kerusakan lingkungan maupun hal lain yang dapat mempengaruhi proses produksi.
Mempelajari seluk beluk keselamatan lingkungan kerja rupanya menarik bagi Syifa Khairunnisa, S.T. Syifa merupakan alumni Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Ketertarikannya pada dunia K3L sudah sejak semester 4, ketika pertama kali mempelajari mata kuliah tersebut. “Saya juga menyadari betapa pentingnya aspek kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya di bidang migas, yang terinspirasi dari ayah saya yang juga bekerja di industri ini” terangnya.
Dara kelahiran Jakarta ini kemudian mengembangkan kedua topik ini menjadi karya akhirnya dalam menyelesaikan studi di Universitas Brawijaya. “Topik ini yang paling membuat saya penasaran dan tertarik untuk diteliti lebih dalam. Selain itu juga, banyaknya lokasi kecelakaan kerja di lokasi pengeboran minyak dan gas, dan saya juga tertarik untuk berkontribusi dalam upaya penurunan kecelakaan kerja di pengeboran minyak dan gas”, ujar Syifa.
Dalam penelitiannya, Syifa menggunakan metode Root Cause Analysis untuk mengetahui permasalahan dari masing-masing jenis kecelakaan kerja. Ia juga mengkombinasikan metode ini dengan model Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui prioritas kriteria factor penyebab kecelakaan kerja dan membantu dalam proses pengambilan keputusan pada perusahaan migas. “Menurut saya, kedua metode ini bisa diterapkan di pengeboran lepas pantai maupun industri lainnya
Syifa mengawali perkuliahannya di UB di usia 16 tahun setelah mengikuti kegiatan akselarasi saat SMP di Kuala Lumpur dan SMA di Jakarta. Ia pun mampu menyelesaikan tugas akhirnya dalam waktu enam bulan. Selain aktif mengikuti perkuliahan, semasa kuliah Syifa juga aktif mengembangkan kemampuan soft skill. Ia pernah menjadi asisten laboratorium di Lab Ergonomi, Perancangan Kerja dan Inovasi Produk, FT UB, dan juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan serta himpunan mahasiswa.
“Ada kekhawatiran dan kecemasan di diri saya, apakah bisa berbaur dengan teman-teman yang umurnya lebih tua dibandingkan dengan saya. Tapi, kemudian saya menyadari kalau itu semua hanya overthinking semata, dan akhirnya saya berani untuk mengembangkan kemampuan dan memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri”, ujarnya.
Ditanya mengenai keluarganya, Syifa menyebut dukungan keluarga merupakan hal yang penting. Syifa merupakan putri bungsu dari dua bersaudara. Ibu dan kakaknya merupakan seorang dokter, dan ayahnya bekerja di perusahaan minyak dan gas nasional. “Banyak tantangan yang saya hadapi dalam menyelesaikan kuliah, namun karena dukungan dan doa dari keluarga, saya bisa menuntaskan kuliah dengan penuh semangat”, jelas mahasiswi berkacamata ini.
Terbukti, Ia mampu menyelesaikan tugas akhir dalam satu semester, serta menyandang gelar sebagai Sarjana Teknik di usia 20 tahun dan berpredikat dengan pujian. Syifa merupakan wisudawan termuda Universitas Brawijaya pada periode 7, yang akan dilantik pada Sabtu, 13 Januari 2024 di Gedung Samanta Krida. (VQ)