Target Mahasiswa FISIP Awardee IISMA: Belajar di Eropa Hingga Buat Skripsi di Australia

Sebanyak 12 mahasiswa FISIP UB berhasil lolos menjadi Awardee Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023 di berbagai universitas di berbagai negara, seperti Italia, Hungaria, Prancis, Chile, Australia, Spanyol, hingga Amerika Serikat. Jumlah ini adalah yang terbanyak di Universitas Brawijaya.

Tasya Rahmani Puspa Pertiwi, mahasiswa Psikologi FISIP UB berhasil menjadi Awardee IISMA di University of Szeged Hungaria tahun ini. Baginya, mengikuti IISMA sebagai sarana untuk mengembangkan pengalaman akademis dan menjadikan kesempatan ini sebagai tantangan baru untuk melakukan sesuatu di luar zona nyamannya sebelum lulus kuliah.

“Setelah melihat courses yang ditawarkan dan lingkungannya, aku merasa cocok untuk belajar di Universitas Szeged. Tujuan awalku juga memang ingin belajar di Eropa. Dari segi ranking juga Universitas Szeged punya ranking dan reputasi yang baik. Jadi, akhirnya aku memutuskan untuk memilih Universitas Szeged ini,” ucap Tasya Rabu (3/5/2023).

Ia mengatakan bahwa hal dasar yang perlu dipersiapkan adalah tekad, karena tahapan IISMA cukup panjang dan menantang dari segi durasi, peminat, dan hal-hal di luar kendali. Untuk keperluan English Proficiency Test, Tasya menggunakan aplikasi Duolingo serta akun YouTube “Teacher Luke”, karena dapat membantunya untuk mengetahui tipe soal dan jawaban yang seperti apa yang akan dikerjakan di Duolingo.

Selain Tasya, mahasiswa Hubungan Internasional, Lalu Ladeva Alfusa’idu Karman juga menjadi Awardee IISMA 2023 di University of Pisa, Italia. Pilihan mahasiswa yang sering dipanggil Deva ini jatuh di University of Pisa karena periode akademiknya yang cocok untuknya.

“Terus University of Pisa itu kan di Italia, kebetulan saya juga sedang melakukan penelitian dan fokusnya di Eropa. University of Pisa juga masuk ke dalam Top 400 campus di dunia, dan salah satu kampus tertua juga di dunia,” tambahnya.

Tidak hanya Deva, Viona Angel Gloryka Sianturi, Mahasiswa Hubungan Internasional juga memanfaatkan kesempatan IISMA 2023-nya ini untuk keperluan riset skripsinya.

“Di Australian National University, kemungkinan besar akan membantuku untuk mencari informasi mengenai topik skripsiku yang meneliti sebuah pakta pertahanan trilateral milik Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS),” jelasnya pada kesempatan yang sama.

Selain English Proficiency Test, persiapan esai turut dianggap krusial bagi ketiganya. Dari Tasya misalnya, ia merasa esai juga menjadi salah satu bahan seleksi yang kuat di IISMA ini.

“Waktu mengerjakan esai kemarin, aku minta beberapa teman untuk proofread esai aku. Aku jadi tahu kalau aku bisa menambahkan atau mengurangi tulisan aku lewat mereka. Bahkan, aku juga jadi bisa memprediksi kalau esai aku ini sudah cukup dimengerti oleh pihak IISMA atau tidak karena nantinya yang membaca esai kita sendiri belum mengenal kita,” terang Tasya.

Lain halnya dengan Deva yang sebenarnya sudah pernah mengajukan diri untuk IISMA tahun lalu, dan akhirnya di tahun ini ia baru berhasil mewujudkan mimpinya untuk berkuliah di Eropa.

“Jadi pesanku untuk teman-teman lainnya itu belajar dari kesalahan, perbanyak pengalaman dan koneksi supaya ketika menulis esai punya nilai lebih yang komprehensif. Nah, buat teman-teman yang baru ikut IISMA, coba tanya-tanya ke para Awardee buat tahu segala bentuk mekanismenya seperti apa sampai tips dan triknya seperti apa,” lanjut Deva. (Uli/Alif/Humas FISIP/Humas UB)