Tanaman Anting-Anting antarkan Mahasiswi Ini Jadi Wisudawan Terbaik Doktor

Acalypha indica Linn. Tanaman Anting-Anting atau Acalypha indica Linn. bagi para penghobi kucing bukanlah hal yang asing. Tanaman ini kerap dikenal herbal untuk relaksasi bagi kucing. Tapi, siapa sangka kalau tanaman perdu ini memiliki potensi sebagai obat anti kanker? Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Elok Kamilah Hayati, M.Si menunjukkan adanya kandungan senyawa anti kanker dalam tanaman ini.

“Anting-anting memang secara farmakologi memiliki banyak kandungan senyawa aktif. Penelitian kami sebelumnya mengidentifikasi adanya golongan senyawa seperti alkaloid, tanin dan flavonoid”, terang wanita kelahiran tahun 1979 ini. Ia juga telah melakukan berbagai penelitian terkait uji aktivitas antioksidan. “Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi profil metabolit Acalypha indica berdasarkan perbedaan ketinggian lokasi dan jenis pelarut pengekstraksi, serta untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang bersifat sebagai antikanker melalui pendekatan metabolomic”, imbuhnya.

Dr. Elok Kamilah Hayati, M.Si, Wisudawan Terbaik Doktor periode XVI
Dr. Elok Kamilah Hayati, M.Si, Wisudawan Terbaik Doktor periode XVI

Proses penelitiannya juga cukup singkat. Elok membutuhkan waktu 1.5 tahun di laboratorium untuk bisa menyelesaikan tugas akhirnya ini. Wanita yang juga sebagai dosen Kimia Analitik di UIN Maulana Malik Ibrahim ini melakukan penelitiannya di UIN, UB dan di IPB. “Penelitian ini juga kolaborasi antara UB dan IPB, salah satu pembimbing saya adalah dosen IPB,”, terangnya.

Pemlihan tumbuhan Anting-Anting sebagai objek penelitiannya pun bukan tanpa alasan. Tanaman perdu ini mudah ditemui dimana saja, meskipun ia harus bersaing dengan sejumlah kucing yang berada di sekitar rumahnya saat mengambil tanaman ini. Selain itu, tambahnya, Anting-anting ini juga kerap dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. “Meskipun sering dimanfaatkan untuk pengobatan, tanaman ini ternyata masih menyimpan berbagai potensi lain seperti antimalaria. Kajian metabolomik ini bisa juga dibilang untuk menduga secara cepat senyawa penciri. Sehingga, masih diperlukan uji lain untuk mendapatkan hasil yang lebih lengkap”, imbuh alumni FMIPA UB ini.

Dari penelitiannya ini, Elok berhasil meraih IPK 4 dan menjadi wisudawan terbaik Program Doktor Universitas Brawijaya. Elok dan 497 mahasiswa lain akan menerima gelar sebagai Ahli Madya, Sarjana Sains Terapan, Sarjana, Magister dan Doktor dalam prosesi wisuda periode 16, pada Minggu (9/2) di Gedung Samanta Krida, Universitas Brawijaya. (VQ)