
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) sukses menyelenggarakan SPEAK UP FK UB 2025, kompetisi public speaking yang mengusung tema “The Flux Capacitor of Speech: Travel Through Ideas”. Kegiatan ini diikuti total 423 peserta dari tingkat siswa hingga mahasiswa di Indonesia.
Rangkaian acara dimulai dari webinar pada (27/04/2025). Sedangkan seleksi lomba daring dan puncaknya yaitu finalnya diselenggarakan secara luring pada (31/05/2025).
Terdapat tiga kategori perlombaan yang diadakan, yakni Debat tingkat SMA/MA, News Anchor, dan Speech untuk tingkat SMA/MA dan Perguruan Tinggi.
Ketua Pelaksana Gibran Ridhotullah mengungkapkan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk membantu peserta mengasah keterampilan berbicara, membangun kepercayaan diri, serta menyampaikan gagasannya.
”Acara ini bukan hanya milik kami panitia, tetapi juga milik semua orang yang ingin berkembang dan bertumbuh bersama. Kami berharap peserta tidak hanya mendapatkan pengalaman, tetapi juga dorongan dan keberanian untuk terus mengeksplorasi potensi diri mereka,” ujar Gibran.

Final lomba debat mempertemukan SMAN 1 Situbondo (Tim Pemerintah) dan SMAN 1 Rogojampi (Tim Oposisi) yang membahas terkait tindakan Euthanasia, yakni tindakan penghentian hidup secara medis yang disengaja untuk meringankan penderitaan pasien di kondisi terminal.
Pertandingan berlangsung sengit, dengan titik perdebatan yang membahas hak individu dalam mengakhiri penderitaan, dengan penolakan karena alasan moral, agama, dan etika medis.
Peserta dinilai oleh dewan juri dari Komunitas Debat Fakultas Hukum (KDFH) UB, dengan melihat aspek argumentasi, materi, dan kebahasaan. “Yang dipilih menjadi pemenang harus memiliki kemampuan mempertahankan argumentasi dengan logis, mampu membidas argumentasi lawan, membawakan solusi, dan konsisten,” ungkap salah satu juri Ferio Ivan Mulyono.

Perwakilan delegasi juara satu debat dari SMAN 1 Rogojampi Althaaf Farrel Ardan menyampaikan kesan pesannya selama mengikuti kegiatan. Menurutnya SPEAK UP FK UB menjadi ajang paling memorable dan luar biasa yang pernah diikutinya.
“Persiapan tim kami sangat maksimal sekali, terutama waktu awal penyisihan, kami belajar mandiri. Bahkan setiap harinya kami bisa latihan dari jam dua siang sampai jam delapan malam demi ke FK UB,” cerita Althaaf.
Hal yang sama juga dialami Delegasi Juara Dua News Anchor dari SMAN 2 Bondowoso Aisyah Salsabila Liputo. Ia merasa bersyukur karena dapat bertukar cerita dengan banyak finalis lainnya. Dari percakapan tersebut, Aisyah mendapat banyak masukan dan motivasi.
“Sejujurnya saya sempat merasa gugup karena peserta lomba news anchor tidak hanya siswa SMA, melainkan ada mahasiswa. Namun saya tetap bertekad untuk memberikan penampilan terbaik yang saya bisa,” ujar Aisyah. [FIM/MIT]