SINTA Prodi Kehutanan, UB Ingin Pecahkan Rekor Muri

Program Studi Kehutanan, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya (UB) kembali menggelar Studi Lingkungan Taman Nasional (SINTA) ke-2 di Taman Nasional Alas Purwo pada 2-4 November 2024. Kegiatan ini melibatkan 98 mahasiswa program studi kehutanan, dengan tujuan utama mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah melalui ekspedisi mini riset.

“Sebagai inisiator SINTA, Rifqi Rahmat Hidayatullah, dosen Program Studi Kehutanan, berharap kegiatan ini dapat menjadi sebuah ekspedisi ilmiah tahunan yang unik. SINTA dirancang untuk mengintegrasikan berbagai mata kuliah dalam satu kegiatan studi lapangan di taman nasional yang berbeda setiap tahunnya. Dengan demikian, SINTA tidak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga upaya untuk memecahkan rekor MURI.”

“Kami berharap dapat menciptakan model pembelajaran yang inovatif, di mana mahasiswa mempersiapkan proposal mini riset dan mendapatkan pembekalan sebelum datang ke taman nasional,” jelasnya. Mahasiswa akan tiba di lokasi dengan bekal pengetahuan dan metode riset sesuai topik masing-masing, yang tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa.

Dalam kegiatan ini, mahasiswa melakukan penelitian (mini riset) dengan beragam topik, seperti ekologi satwa liar, manajemen kawasan konservasi, sistem informasi geografis (SIG) dan penginderaan jauh, kelembagaan pengelolaan sumber daya hutan, ekologi lanskap tropis, serta biokonservasi hutan tropis. Diharapkan hasil riset ini dapat berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengelolaan taman nasional di Indonesia.

Pada tahun 2023, SINTA pertama diadakan di Taman Nasional Bali Barat, sementara tahun ini para peserta menjelajahi kekayaan alam di Taman Nasional Alas Purwo. Rifqi menambahkan bahwa masukan agar durasi kegiatan SINTA ditambhkan dari 3 hari menjadi 5 hari,

“Ada usulan agar SINTA berlangsung selama lima hari. Selain itu, beberapa mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak ada kuliah ingin terlibat dalam kegitan SINTA tahun depan. Untuk mahasiswa tingkat akhir, kami sedang mempertimbangkan dan merancang skema riset ekspedisi dengan durasi 2–4 minggu,” jelasnya.

Alas Purwo menjadi salah satu praktikum lapangan yang paling berkesan karena menyerupai magang atau bahkan simulasi tugas akhir. Selama tiga hari dua malam, kegiatan ini melibatkan berbagai mata kuliah yang memungkinkan pengambilan data secara variatif, mulai dari pengamatan langsung, analisis vegetasi, pengamatan jejak binatang, hingga wawancara dengan petugas dan masyarakat sekitar. Pengalaman ini menjadi pencapaian tersendiri bagi mahasiswa kehutanan dalam menerapkan ilmu teori ke dalam praktik lapangan yang sesungguhnya,” ujar Salah satu peserta, Bariq Fathi Yusmar. Ia menambahkan bahwa cuaca yang tidak menentu, mulai dari hujan badai petir hingga panas terik di pesisir pantai, menambah tantangan kegiatan ini, menjadikannya semakin nyata layaknya eksplorasi di hutan belantara.

Peserta lainnya, Amore Amodia Huzaifah, juga berbagi pengalamannya. “Kesan dari kegiatan SINTA II kemarin adalah satu kata: kagum. Saya kagum terhadap keindahan hutan dan padang savana di TN Alas Purwo. Selain itu, saya bersyukur karena bisa melihat satwa-satwa yang sebelumnya hanya bisa saya lihat di televisi atau layar gawai. Semoga ke depan kita bisa menjelajahi lebih jauh lagi dan mengeksplorasi taman nasional lain di Indonesia, minimal di Jawa,” pungkas Amore.

Irwansyah, peserta lain, juga mengungkapkan rasa puasnya, “Alhamdulillah, saya sangat senang bisa ikut dalam kegiatan SINTA di Taman Nasional Alas Purwo. Saya berkesempatan melakukan analisis vegetasi Mangrove yang belum pernah saya lakukan sebelumnya dan melihat secara langsung satwa liar seperti burung endemik, lutung jawa, banteng, rusa, babi hutan, dan lainnya. Pemandangan alam yang menakjubkan, mulai dari hutan yang hijau, laut biru dengan matahari terbenam yang indah, hingga hamparan savana, memberikan pengalaman luar biasa. Semoga kegiatan SINTA ini dapat terus dilaksanakan di tahun-tahun mendatang, sehingga lebih banyak Rimbawan Brawijaya yang memiliki kesempatan belajar langsung dari alam dan menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian hutan serta memperkuat semangat konservasi.”.[pon/humas]