Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) berhasil mengadakan Pekan Seni dalam rangka memperingati Dies Natalis FIB yang ke-15. Selama delapan hari penuh (10-18/9/2024), Galeri SAC FIB A dipenuhi ribuan karya seni dalam berbagai bentuk dan gaya. Puncaknya adalah pameran Art on Postcard Exhibition yang menampilkan lebih dari seribu karya seni mini yang unik dan inspiratif.
Lebih dari 150 perupa, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga alumni FIB, turut berpartisipasi dalam pameran ini. Mereka menampilkan karya-karya yang beragam, mulai dari lukisan, gambar, hingga eksperimen media lainnya.
“Keikutsertaan alumni menjadi hal menarik di sini. Pameran menjadi salah satu sarana untuk silaturahmi, keakraban, dan juga dapat berhubungan dengan tracer study untuk keterlacakan dengan alumni,” ujar Romy Setiawan, Ketua Pelaksana Pekan Seni .
Pembukaan dan kegiatan menggambar dekanat dilakukan pada hari pertama. Pada hari kedua, rangkaian acara yang dilangsungkan adalah battle sketch dengan tema menggambar alam benda di sekitar FIB.
Rangkaian hari ketiga dengan menyelenggarakan workshop clay pin dan pada keesokan harinya terdapat rangkaian spesial berupa event mendesain logo FIB guna memperingati Dies Natalis FIB. Lebih lanjut pada hari kelima diadakan workshop pembuatan postcard masing-masing. Tak hanya berhenti di unsur dua dimensi, Pekan Seni ini juga diramaikan oleh kegiatan Layar Pos dengan menonton film bersama dengan bincang seni bersama Om Lek. Pada hari terakhir, FIB akan melangsungkan art performance dimana mahasiswa akan menampilkan karya seninya sebagai acara puncak.
Konsep pameran unik dengan menggunakan media postcard sebagai wadah ekspresi berhasil menarik perhatian banyak pengunjung. Pekan Seni ini tidak hanya menjadi ajang pameran, tetapi juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat di bidang seni.
“Panitia penyelenggara adalah mahasiswa angkatan 2023 karena mereka berada di semester antara guna menjembatani antara mahasiswa semester akhir dan mahasiswa baru. Kepanitiaan pada nantinya akan terpetakan dan dibutuhkan kaderisasi. Kami juga menyiapkan mahasiswa baru untuk mengisi pos-pos dalam pameran ini,” ujar Dosen Program Studi Seni Rupa Murni itu.
Pihaknya menyampaikan peran mahasiswa dalam acara ini cukup besar dimana mereka dipersiapkan guna kesiapan karir di masa mendatang.
“Jika berbicara mengenai kualitas kekayaan, mahasiswa seni rupa pasti berbeda-beda. Ada mungkin mahasiswa yang berpotensi di persoalan desain, ada yang berpotensi di persoalan display, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tujuan saya mengikutsertakan mahasiswa di sini adalah untuk melatih mahasiswa agar dapat menyiapkan pameran kesenian terlebih dahulu, sebelum mereka juga menjadi sebagai seniman,” tuturnya.
Kreativitas para peserta benar-benar meluas dalam pameran ini. Meskipun bertemakan postcard, karya yang dipamerkan sangat beragam. Mulai dari lukisan dan gambar tradisional hingga eksperimen media modern seperti fotografi, cyanotype (teknik cetak menggunakan cahaya), dan bahkan yang berasal dari kardus. Fleksibilitas tema ini memungkinkan para seniman untuk mengeksplorasi berbagai teknik dan gaya yang unik. Pameran ini juga diperjualbelikan sebagai ajang apresiasi bagi perupa.
Romy juga membagikan kisah dibalik layar dimana timnya juga mendapat tantangan tersendiri selama mempersiapkan acara.
“Persiapan untuk pameran sendiri selama satu bulan lamanya. Pembuatan karya kurang lebih selama tiga minggu dimana hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi perupa maupun panitia dalam mempersiapkan acara,” jelasnya.
Salah satu peserta pameran, Chemika Soka Dewanti, mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan ini.
“Saya merasa tertantang untuk membuat karya seni dalam ukuran yang terbatas. Proses kreatifnya sangat menyenangkan,” ujarnya.
Senada dengan Chemika, Wayan Ratih Paramita Sutama Putri juga merasa terkesan dengan pameran ini.
“Saya kagum dengan karya-karya yang dipamerkan, terutama karya-karya yang menggunakan teknik pointilis. Sangat detail dan penuh kesabaran,” ungkapnya.
Romy berharap Pekan Seni ini dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan ekosistem seni di FIB UB.
“Kami ingin menjadikan FIB sebagai pusat kreativitas dan inovasi di bidang seni. Melalui kegiatan seperti ini, kami berharap dapat melahirkan generasi seniman yang berbakat dan mampu berkontribusi bagi dunia seni Indonesia,” pungkasnya.[dea/sitirahma]