Sekolah Pascasarjana UB Rancang Model Ketahanan Pangan Nelayan

Kelompok Kajian Ketahanan Berbasis Kemaritiman dan Wilayah Perbatasan Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (SP UB) melakukan penelitian tentang ketahanan pangan nelayan skala kecil di pesisir selatan Pulau Jawa.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang dan Probolinggo sejak bulan Juli 2024, dengan diketuai oleh Prof. Dr. Moh. Fadli, SH., MH, dan anggota tim yang terdiri dari para akademisi yakni, Dr. Ir. Anthon Efani, MP, Prof. Dr. Abdul Hakim, M.Si, Prof. Dr. Rachmad Safa’at, SH., M.Si, Dhiana Puspitawati, SH., L.LM., Ph.D., Dr. Istislam SH., M.Hum., dan Dr. Nurini Aprilianda, SH., M.Hum.

Didukung oleh Dana PNBP Sekolah Pascasarjana UB sebagai bagian dari program penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2024, kegiatan ini dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir.

Prof. Fadli Senin (11/11/2024), menjelaskan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status ketahanan pangan rumah tangga nelayan skala kecil dan memahami strategi adaptasi yang diterapkan dalam menghadapi dampak perubahan iklim, yang kian mempengaruhi kondisi perikanan di wilayah pesisir.

“Kami mengharapkan pendekatan multi-integrasi ini dapat menjadi solusi komprehensif yang memperhatikan berbagai aspek kehidupan nelayan, tidak hanya ekonomi, tetapi juga kearifan lokal, keberlanjutan lingkungan, dan aspek sosial budaya,” ujarnya.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan total 150 responden nelayan skala kecil yang memiliki kapal dengan kapasitas di bawah 5 Gross Ton (GT). Berdasarkan pendekatan ini, data dikumpulkan melalui survei lapangan dan wawancara mendalam. Kemudian, data dianalisis menggunakan metode Smart-PLS untuk mengidentifikasi dan mengukur hubungan antar variabel yang memengaruhi ketahanan pangan, termasuk keberlanjutan lingkungan, manajemen risiko, regulasi, perubahan iklim, dan kearifan lokal.

Hasil awal dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan nelayan skala kecil sangat dipengaruhi oleh ketidakstabilan hasil tangkapan, yang berdampak langsung pada pendapatan dan akses pangan keluarga nelayan.

“Variasi hasil tangkapan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi laut yang tidak stabil dan keterbatasan teknologi tangkap yang digunakan,” jelas Anthon Efani. Kondisi ini menyebabkan ketergantungan nelayan pada hasil tangkapan harian, sehingga mereka rentan terhadap ancaman kerawanan pangan, terutama pada saat musim paceklik atau cuaca ekstrem.

Temuan lainnya menunjukkan bahwa akses terhadap pasar pangan lokal cukup mudah, sehingga kebutuhan pangan rumah tangga nelayan dapat terpenuhi. Namun, kesulitan muncul pada saat cuaca ekstrem yang menyebabkan nelayan tidak bisa melaut, yang pada akhirnya menurunkan pendapatan harian mereka.

“Dalam kondisi ini, akses terhadap bantuan sosial dan jaring pengaman seperti asuransi sangat diperlukan untuk melindungi nelayan dari risiko ketidakpastian ekonomi,” katanya.

Salah satu fokus utama penelitian ini adalah strategi adaptasi yang diterapkan oleh nelayan skala kecil dalam menghadapi perubahan iklim dan fluktuasi hasil tangkapan. Pendekatan multi-integrasi yang diterapkan dalam penelitian ini mencakup berbagai strategi adaptasi, seperti diversifikasi mata pencaharian, pengembangan teknologi ramah lingkungan, dan pemanfaatan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya laut.

Diversifikasi mata pencaharian dianggap sebagai salah satu strategi penting, di mana nelayan mulai mencari alternatif pendapatan di luar sektor perikanan, seperti bertani atau bekerja di sektor pariwisata lokal. “Langkah ini membantu nelayan untuk tidak sepenuhnya bergantung pada laut yang kondisinya kian tidak menentu,” ujar Prof. Abdul Hakim, M.Si, salah satu anggota tim peneliti.

Di sisi lain, pendekatan ini juga menyoroti pentingnya kearifan lokal dalam menjaga ekosistem laut. Sebagai contoh, beberapa komunitas nelayan di Malang dan Probolinggo telah mengadopsi praktik konservasi seperti rehabilitasi terumbu karang dan penanaman mangrove untuk melindungi habitat laut yang penting bagi keberlanjutan perikanan.

“Kearifan lokal menjadi salah satu elemen penting yang kami integrasikan dalam penelitian ini, karena nilai-nilai budaya dan praktik tradisional ini terbukti efektif dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut,” kata Prof. Rachmad Safa’at, SH., M.Si.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam bentuk rekomendasi kebijakan bagi pemerintah daerah dan nasional, yang dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan nelayan skala kecil di wilayah pesisir Jawa Timur. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bereputasi sebagai kontribusi Universitas Brawijaya dalam ilmu pengetahuan dan pengembangan strategi ketahanan pangan berbasis masyarakat pesisir.

“Kami berharap penelitian ini dapat menjadi contoh bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan di wilayah pesisir lain di Indonesia, yang menghadapi tantangan serupa dalam ketahanan pangan. dan temuan dan rekomendasi dari penelitian ini dapat diaplikasikan dalam skala yang lebih luas, sehingga nelayan-nelayan di seluruh wilayah pesisir Indonesia dapat merasakan manfaat dari solusi yang berkelanjutan ini,” pungkas Prof. Fadli. [Hilya/Irene]