S4: Alat Pereduksi Asap Kebakaran Hutan

Tim PKM Super Solar Smoke Sucker (S4)Kebakaran merupakan ancaman besar bagi hutan tropis di Indonesia. Menurut Departemen Kehutanan, luas lahan hutan yang terbakar tahun 2015 mencapai lebih dari 60.000 hektar dengan 140 titik api. Kabut asap akibat kebakaran hutan menyebabkan konsentrasi partikel asap dan debu naik hingga 10 kali lipat dari rata-rata pada wilayah penduduk di daerah rawan kebakaran hutan.

Berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) tahun 2013, kondisi asap yang ditimbulkan oleh kebakaran menunjukkan rata-rata konsentrasi partikel mencapai 670 µgr. BNPB memperkirakan lebih dari sekitar 43 juta jiwa penduduk Indonesia terpapar oleh kabut asap akibat kebakaran hutan. Hal ini menimbulkan kerugian secara ekonomi hingga mencapai Rp 200 Trilliun.

Melihat latar belakang permasalahan tersebut, empat mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK-UB) mencetuskan gagasan Super Solar Smoke Sucker (S4). Mereka adalah Kenny Agatha Sitanggang, Kania Nurizki W, dan Yuniar Qaifatur (Manajemen Sumber Daya Perairan 2015), serta Wildan Bagaskoro (Teknologi Hasil Perikanan 2014). S4 merupakan alat pereduksi asap pada ruang lingkup terbuka berbasis Zeoabsorbsi dan elektrotatistik filter sebagai upaya mitigasi asap kebakaran hutan.

Kenny menjelaskan, mekanisme kerja S4 dimulai dengan penyerapan asap kabut pada udara bebas saat sensor power pada alat pendetektor ISPU mencapai level 100 atau dalam taraf awas. Kemudian baling-baling akan berputar otomatis untuk menyerap kabut asap dengan diameter 10 inch (25,4 cm) dan kecepatan mencapai 3800 putaran/s. Kemudian asap dan kabut akan diteruskan pada filter ESP dan zeolit absorben. Filter ESP berfungsi memisahkan padatan tersuspensi pada kabut asap menggunakan prinsip elektotastik positif negatif, sedangkan zeolit absorben memiliki mineral khusus sehingga dapat menyerap gas CO2, CO, uap air, partikulat, NO dan SOx. S4 menggunakan cermin panel surya sebagai sumber energi listrik utama dan bersifat portable.

Kania melanjutkan, S4 memiliki keefektifan kerja mesin mencapai 1 ppm/menit.  Dengan pengukuran kapasitas asap kebakaran hutan seluas 1 hektar dengan kerapatan pohon mencapai 30% berlahan gambut mencapai 87,3 ppm, dapat direduksi S4 hanya dalam waktu 88 menit. Hal ini dibuktikan dengan prinsip kecepatan udara rata-rata dan daya hisap blower (efisiensi mekanik dan statik) dari S4 berupa udara bersih yang mengandung 79 % Ndan 21 % O2.

“Limbah yang dihasilkan S4 berupa serbuk debu dan asap cair yang dapat diolah kembali menjadi pengawet kayu dan bambu (limbah cair) serta digunakan sebagai bahan campuran semen dan bahan dasar kerajinan tangan (limbah serbuk),” pungkas Kenny. [Irene/Humas UB]