Ricky Elson: Membangun Indonesia Dibutuhkan Pengorbanan Yang Besar

Kuliah tamu Ricky Elson di Fakultas TeknikMenurut ilmuwan pengembang kendaraan bertenaga listrik Indonesia, Ricky Elson, ada dua cara untuk membangun negara Indonesia yang kokoh. Cara pertama adalah berpacu membenahi ketertinggalan negara Indonesia.

“Contohnya coba lihat pelosok negeri di Kabupaten Tulang Bawang. Selama 70 tahun Indonesia merdeka masih ada 51 desa belum teraliri listrik. Padahal di sana terdapat kebun tebu, kebun nanas, dan tambak udang terbesar di Asia,” kata Ricky saat memberikan kuliah tamu di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB), Selasa (17 Mei 2016).

Dalam kuliah tamu bertajuk Seminar Roadshow Indocement Award #Membangun Indonesia yang Kokoh itu, Ricky mengaku dalam hati merasa menangis. Karena masih ada warga negara Indonesia yang belum teraliri listrik. Bahkan di beberapa tempat di pelosok masih ada yang belum tersedia fasilitas pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) dan sarana pendidikan.

Ironisnya, di tempat yang mendapat predikat “tertinggal” itu, warga hidup penuh dengan keceriaan. Sebagian besar warganya dengan gembira menyapa orang disekitarnya. Ucapan salam masih terdengar sepanjang waktu. Hal ini tidak sama dengan yang dialami di kota-kota besar. Menurutnya, orang yang tinggal di kota cenderung berjalan dengan kepala menunduk.

Namun dengan keadaan ini, Ricky yang dijuluki Sang Putra Petir, enggan menyalahkan pemerintah. Ia lebih memilih mengajak pemuda-pemudi mengetahui gejala permasalahan di negeri ini dengan cara banyak melihat, mendengar, dan merasakan.

“Begitu banyak ladang atau tempat untuk mengekspresikan karya Anda. Indonesia dengan segala carut-marutnya bukan tempat untuk menumpahkan segala kekesalan Anda, tidak ada negeri yang memiliki ladang berkarya sebesar Indonesia,” tegas Ricky.

Pria yang merintis mobil listrik Selo ini meminta pemuda untuk jangan membanding-bandingkan dan memuja pembangunan pesat di Eropa. Mayoritas negara-begara di Eropa adalah negara dengan ukuran yang kecil. Sedangkan Indonesia terbentang luas dari ujung pulau ke pulau lainnya.

“Untuk membangun negara sebesar Indonesia, butuh perjuangan yang sangat besar dan kuat,” jelasnya.

Disimpulkan Ricky, ada tiga tantangan besar yang dihadapi Indonesia untuk membenahi ketertinggalan. Yakni tantangan ketersediaan pangan, air yang bersih, dan energi yang cukup. Di sektor pangan kita masih impor, sektor listrik 37 juta penduduk belum teraliri listrik, dan ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil hingga puluhan tahun mendatang.

Langkah kedua, setelah berpacu membenahi ketertinggalan, adalah berpacu menuju kemajuan. Salah satunya, transformasi kendaraan berbahan bakar fosil menuju electric vehicle dan menuju renewable energi industry.

“Seandainya ada 50 juta motor setiap hari membakar 1 liter bahan bakar dengan asumsi harga Rp. 6000 per liter, maka secara tidak sadar kita telah membakar Rp. 300 Milyar setiap harinya,” bebernya.

Lantas bagaimana dan darimana memulai sebuah pembangunan?

“Dengan cara membangun pribadi-pribadi yang kokoh, pantang menyerah, dan mau bersungguh-sungguh terhadap diri sendiri.” Ricky menegaskan. Menurut pria kelahiran Padang itu, perlu adanya gerakan mengembalikan kepercayaan diri sebagai bangsa yang besar.

Ricky mencontohkan kontribusinya dengan membentuk komunitas Lentera Angin Nusantara (LAN). Komunitas ini bertujuan menerangi pelosok nusantara dengan tenaga angin. Istimewanya, LAN dibangun dengan tenaga-tenaga yang bukan ber-background seorang engineer. Hal ini untuk memacu kepercayaan diri kembali warga Indonesia bahwa apapun latar belakang mereka selama berkeinginan kuat pasti bisa mencapai cita-cita. [and/Humas UB]