Reduksi Mikroplastik dengan SEGARA

Inovasi berupa mesin yang digunakan untuk mereduksi air laut dari mikroplastik sebagai bahan baku garam oleh Tim mahasiswa UB berhasil lolos pendanaan Progam Kreatifitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta yang diadakan oleh kemendikbud tahun 2021.

5 Mahasiswa yang terdiri dari berbagai bidang ini mengumpulkan berbagai ilmu yang didapatkannya untuk diterpkan pada sebuah mesin bernama SEGARA. Terdiri dari Nadia Riqqah Nurlayla (Biologi FMIPA UB 2019), Muhammad Nasim (Budidaya Perairan FPIK 2020)), Winda Setyaningrum (Ilmu Kelautan FPIK 2020), Sabrina Sekar (Budidaya Perairan FPIK 2020), dan Achmad Luthfi Aziz (Teknik Mesin FT 2018) dengan dibimbing oleh Dr. Diah Mardiana, MS.


Nadia, salah satu anggota tim menjelaskan project yang ia garap bersama rekan-rekannya tersebut yang diberi nama SEGARA yang merupakan mesin pereduksi mikroplastik pada garam berbasis konsep ferro-fluida.


“Ide SEGARA berasal dari keprihatinan akan tingginya jumlah mikroplastik yang terkandung pada lautan, khususnya di Indonesia, yang kehadirannya seringkali tidak terdeteksi dan bercampur pada garam karena minimnya pengetahuan dan informasi yang diberikan pada para petani garam, serta tidak tersedianya alat yang menangani permasalahan tersebut secara khusus,” 


SEGARA akan mereduksi mikroplastik di air laut sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan garam. Karya ini mengadaptasi konsep Ferro-fluid oleh Fion Ferreira tahun 2018 yang terbukti mampu menghilangkan lebih dari 87 persen mikroplastik dari 1.000 sampel yang diujikannya. Dalam air, ferrofluida cairan magnetik tidak beracun dari minyak dan magnetit, mineral batuan berbasis besi- akan menarik mikroplastik karena keduanya memiliki kemiripan sifat. Ketika mikroplastik sudah tertarik pada ferrofluida, elektromagnetik akan dicelupkan ke dalam larutan untuk menarik kedua zat dan menyisakan air laut bebas mikroplastik.

SEGARA dirancang dengan tiga tahap pemurnian, yaitu tangki pemurnian utama dan dua stasiun pengolahan limbah dan terbukti mempu mereduksi mikroplastik hingga 99,28 persen. 


“Melihat potensinya, SEGARA diharapkan mampu mendorong petani lokal untuk meningkatkan kualitas garam yang diproduksi dengan manfaat jangka panjang berupa tercapainya kesejahteraan petani lokal serta kemandirian nasional sektor garam,” katanya.

Ide ini sebelumnya telah memenangkan BIEA University STEM Challenge yang telah diikuti lebih dari 40 negara dengan penilaian dilakukan oleh 19 juri ahli di bidangnya masing-masing. Dengan diraihnya Grand Prize Winner ini, SEGARA berhak mendapatkan hadiah utama yaitu uang tunai sebesar £1000 (GBP), serta berkesempatan untuk mengambil bagian dalam kursus pelatihan duta iSTEM dan menjadi duta BIEA iSTEM yang bersertifikat dengan dukungan / bimbingan dari ahli STEM UK terkemuka dari Royal Institution, British Council, Engineering UK, dan lain-lain. Dirasa berhasil, ide tersebut akhirnya dilanjutkan menjadi sebuah realita melalui progam PKM-KC yang diadakan oleh kemendikbud pada tahun 2021. (NSM/VQ)