Tim Mahasiswa UB Juara I 5th Annual Kasparov Chess Foundation

Ramanda Tikno Kusuma
Ramanda Tikno Kusuma

Ramanda Tikno Kusuma, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB), bersama timnya berhasil mengharumkan nama kampus di tingkat internasional dengan meraih Juara 1 Kategori Rating U2000 dalam 5th Annual Kasparov Chess Foundation University Cup. Tim ini diketuai oleh Ramanda Tikno Kusuma dengan anggota Kurniawan Umbu Toda Saputra, Aji Bagus Wicaksono, dan Brian Lasamana Saputra.

Kejuaraan ini diselenggarakan secara daring (1-2/2/2025) dan diikuti oleh 111 tim dari 25 negara, menjadikannya salah satu ajang catur universitas paling bergengsi di dunia. “Sangat senang sekali akhirnya kami bisa membawa nama UB ke level dunia. Ini adalah pencapaian yang sangat berarti bagi saya,” ujar Ramanda dengan penuh antusiasme.

Kecintaan sang ketua tim terhadap catur bermula sejak kecil, saat ia sering melihat ayahnya bermain di rumah. Dari sana, ia mulai mempelajari dasar-dasar permainan dan semakin tertarik untuk mendalami strategi catur. “Saya mulai bermain catur sejak kelas 2 SD. Awalnya hanya sekadar mencoba, tetapi lama-kelamaan saya semakin tertarik untuk mempelajari bagian-bagian penting dalam permainan, seperti opening, middle game, dan endgame,” jelasnya.

Ketertarikannya ini terus berkembang hingga akhirnya ia bergabung dengan Brawijaya Chess Club, komunitas catur UB yang aktif dalam berbagai kompetisi. Ketika mendengar bahwa klubnya akan kembali berpartisipasi dalam Kasparov Chess Foundation University Cup, Ramanda langsung termotivasi untuk mengembalikan kejayaan UB yang sebelumnya pernah meraih gelar juara di kejuaraan yang sama pada dua tahun lalu. “Sebagai mahasiswa baru, saya ingin sekali bisa mempersembahkan gelar juara internasional di event ini. Apalagi, tahun lalu UB belum berhasil membawa pulang kemenangan. Saya merasa ini kesempatan yang bagus untuk mengembalikan prestasi tersebut,” ungkapnya.

Sebagai pemain papan 1 dalam tim, Ramanda menyadari bahwa ia akan menghadapi lawan-lawan tangguh dari berbagai negara. Oleh karena itu, ia berfokus memperbaiki kelemahannya di fase opening, yang merupakan kunci dalam menentukan arah permainan. “Saya tahu lawan-lawan yang akan saya hadapi tidak akan mudah. Maka dari itu, saya menyiapkan strategi khusus dengan memperbaiki kelemahan di opening. Saya memilih menggunakan Nimzo dan London System karena cukup efektif dalam menghadapi berbagai tipe lawan,” paparnya.

Selain persiapan teknis, Ramanda juga harus menghadapi berbagai tantangan dalam catur daring. Salah satunya adalah koneksi internet yang harus stabil agar tidak mengalami disconnect saat pertandingan. “Tantangan utama dalam catur online itu ada beberapa. Pertama, jaringan internet harus stabil, kalau sampai terputus bisa sangat berpengaruh. Kedua, ada risiko ‘slip mouse’, di mana bidak bisa bergerak ke kotak yang salah. Ketiga, jadwal pertandingan yang menyesuaikan waktu New York (EST), sehingga saya harus bermain pada pukul 22.00 – 00.30 WIB,” ujarnya.

Selain tantangan teknis, faktor psikologis juga menjadi ujian tersendiri bagi Ramanda. “Tantangan terbesar yang saya alami adalah rasa grogi. Tapi saya coba tetap santai dan fokus pada permainan, serta tidak lupa berdoa sebelum bertanding,” tambahnya.

Dari semua pertandingan yang dijalani, Ramanda mengaku bahwa babak ke-9 adalah yang paling mendebarkan baginya. “Babak terakhir adalah yang paling menegangkan, karena menentukan apakah kami akan menjadi juara atau tidak. Saya harus benar-benar fokus dan tidak boleh melakukan kesalahan,” kenangnya.

Ketegangan ini juga dirasakan oleh tim UB lainnya, yang turut berjuang di kategori masing-masing. Sayangnya, tim A dan D belum berhasil memenangkan pertandingan mereka di babak penentuan.Setelah perjuangan panjang, Ramanda akhirnya berhasil mengunci kemenangan dan membawa pulang gelar Juara 1 Kategori U2000.

Keberhasilannya ini tidak membuatnya berpuas diri. Saat ini, ia tengah mengikuti Collegiate Chess League Spring 2025, sebuah kejuaraan catur online yang berlangsung hingga April mendatang. “Setelah ini, saya akan berusaha mengikuti lebih banyak kejuaraan, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional lainnya. Saya ingin terus mengasah kemampuan dan berkompetisi di level yang lebih tinggi,” tuturnya.

Ramanda juga memberikan pesan bagi mahasiswa lain yang ingin mengikuti jejaknya di dunia catur. “Kuncinya adalah manajemen waktu. Jangan hanya fokus pada akademik, tapi juga manfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan di bidang yang kita minati. Catur itu bisa dipelajari dengan mudah saat ini, banyak teknologi dan platform online yang bisa digunakan,” pesannya.

Ia juga melihat bahwa perkembangan catur di kalangan mahasiswa Indonesia semakin baik, terbukti dengan partisipasi beberapa universitas lain di ajang ini. “Saya senang melihat banyak universitas Indonesia yang ikut serta, seperti Universitas Gunadarma, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, ITS, dan Universitas Indonesia. Bahkan, tim Gunadarma A berhasil meraih juara 2 di kategori U2400 dan menjadi tim terbaik Asia. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia punya potensi besar di dunia catur,” katanya.

Ramanda berharap semakin banyak mahasiswa yang tertarik dan berprestasi dalam dunia catur, serta lebih banyak turnamen yang bisa menjadi wadah bagi para pecatur muda di Indonesia.“Saya berharap semakin banyak turnamen catur universitas yang bisa digelar, baik tingkat nasional maupun internasional. Dengan begitu, mahasiswa pecatur bisa lebih berkembang dan membawa nama Indonesia ke kancah dunia,” pungkasnya.

Dengan pencapaiannya ini, Ramanda Tikno Kusuma dan tim membuktikan bahwa dengan kerja keras, disiplin, dan dedikasi, mahasiswa UB mampu bersaing di tingkat internasional dan mengharumkan nama almamater. Semoga prestasi ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berjuang dan berkarya. (dea/VQ)