Dalam program Kampus Mengajar Angkatan II Kemendikbud RI, ada sebanyak 115 mahasiswa UB yang lolos. Diantaranya dua mahasiswa UB menuai pengalaman luar biasa saat mengikuti Program Kampus Mengajar berbagi pengalamannya selama di Sekolah Dasar 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).
Mereka adalah Muhammad Iklil Zaki dari Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Budaya dan Celine Endang Sitanggang dari Fakultas Hukum (FH).
Dalam program kampus mengajar angkatan II tersebut, Iklil bertugas di SDN 38 Kelingkau Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Iklil awalnya tidak menyangka jika sekolah yang akan dia datangi jauh lebih tertinggal dibandingkan daerah tempat tinggalnya.
“Saya berasal dari daerah 3T, saya pikir SD saya dulu sudah cukup tertinggal dari segi pendidikan ternyata masih ada yang lebih kurang mumpuni dibanding sekolah saya dulu,”katanya.
Iklil menambahkan, karena akses menuju SDN 38 Kelingkau sepanjang 68 km, ditambah kondisi jalan yang harus dilalui bukan jalanan aspal akhirnya dia memutuskan untuk mengambil kontrakan terdekat dari sekolah.
“Dari kontrakan ke sekolah sekitar 15 km mau tidak mau karena kebetulan saya ada kuliah setiap hari selasa, jadi pada hari senin sepulang ngajar saya pasti ke kota kabupaten terdekat untuk mendapat akses internet,”katanya.
Kondisi SDN 38 Kelingkau bisa dibilang kurang mumupuni hanya ada dua ruangan kelas yang sudah di semen lantainya. Sisanya termasuk ruang kantor beralaskan papan.
“Di SDN 38 Kelingkau, siswanya mengalami learning loss atau kemunduran akademik ada anak kelas 3 yg belum bisa mengenal huruf dan ada anak kelas 5 yg belum lancara penjumlahan sederhana,”katanya
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, Iklil bersama tiga temannya yang ditempatkan mengajar di SDN 38 Kelingkau, mengadakan les tambahan untuk mengejar ketinggalannya.
Sementara itu, Celine Endang Patricia Sitanggang Mahasiswa FH UB yang mengajar di SD Tunas Bangsa Bontang Kalimantan Timur, mengungkapkan sekolah tempat dia mengajar tersebut terasa sangat kumuh karena tidak digunakan selama pandemi.
“Jumlah ruangan kelas sangat terbatas jadi terkadang untuk mengajar kelas 1,2,3 berada dalam 1 ruangan. Jumlah murid dari kelas 1-6 itu jumlahnya 28 orang. Beberapa minggu awal mengajar saya sempat kebingungan karena mereka sangat kurang di literasi dan numerasi jadi sangat melatih kesabaran dan memicu semangat saya untuk mencari metode2 belajar yang cocok bagi mereka,”kata Celline.
Oleh karena itu, untuk untuk melakukan penguatan literasi siswa, Celine memberikan tambahan pelajaran di luar materi sekolah.
“Biasanya di hari kamis jumat saya melakukan penguatan literasi dan numerasi jadi belajar diluar materi karena siswa di sekolah ini belum lancar membaca dan berhitung,”katanya.
Meskipun mempunyai banyak tantangan dalam program Kampus Mengajar, Iklil dan Celine merasakan banyak manfaat dan hikmah yang bisa diambil, salah satunya adalah pendidikan merupakan hal terpenting dan mewah karena tidak semua bisa merasakannya.
“Pendidikan sekolah dasar menjadi pijakan pertama anak. Ketika di SD mereka tidak bisa membaca dan berhitung tetapi selalu di tekan dengan hanya memberikan PR maka siswa pun tidak akan berkembang,”kata Iklil menutup wawancaranya.
Program Kampus Mengajar termasuk dalam kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program Kampus Mengajar yang diikuti Muhammad Iklil Zaki dan Celine Endang Patricia Sitanggang merupakan angkatan ke II di tahun 2021. Program Kampus Mengajar angkatan ke II dimulai sejak 2 Agustus dan berakhir 17 Desember 2021.
Dalam program Kampus Mengajar, mahasiswa akan ditempatkan di sekolah yang sesuai dengan domisili.
“Selain mendapatkan pengalaman mereka akan belajar banyak soft skill yang tidak mereka dapatkan di bangku perkuliahan. Dalam kampus mengajar mereka akan mendapatkan pengalaman kepemimpinan dan kerjasama dengan orang lain. Pada intinya Kampus Mengajar mendidik mahasiswa untuk mempunyai banyak hal,”kata Koordinator Program Kampus Mengajar 2021 Angkatan II dari UB Ismatul Khasanah, S.Pd., M.Pd., M.Ed., Ph.D. (Humas UB).