Prof. Sri Suhartini Dikukuhkan sebagai Profesor dalam Bidang Teknik Lingkungan Agroindustri

Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt., Ph.D., PGCert., IPM

Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt., Ph.D., PGCert., IPM mengembangkan Model Teknologi ADIB untuk Agroindustri Berkelanjutan. Ia dikukuhkan Minggu (15/10/2023), di Universitas Brawijaya (UB) sebagai Profesor dalam Bidang Teknik Lingkungan Agroindustri pada Fakultas Teknologi Pertanian (FTP).

Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam perekononian Indonesia. Banyaknya jumlah agroindustri tersebut sebanding dengan peningkatan limbah yang dihasilkan. Permasalahan yang kerap terjadi adalah banyak agroindustri yang membuang limbahnya langsung ke lingkungan tanpa pengolahan. Padahal, perilaku tersebut berdampak buruk bagi lingkungan, biodiversitas, dan kesehatan manusia.

Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan agroindustri yang berkelanjutan di Indonesia, diperlukan pemanfaatan limbah yang berbasis konsep zero-waste dan integrated biorefineryKonsep zero-waste berarti limbah harus dimanfaatkan secara keseluruhan agar potensi terjadinya limbah kembali tidak terjadi.

Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt., Ph.D., PGCert., IPM

Salah satu teknologi pemanfaatan limbah agroindustri ramah lingkungan adalah teknologi anaerobic digestion yang menghasilkan biogas dan biofertilizer. Di Indonesia, penerapan teknologi ini masih skala kecil dengan sistem underground, tanpa pengadukan, dan belum terintegrasi sehingga tidak efisien.

Prof. Sri Suhartini telah mengembangkan reaktor anaerobic digestion dengan pengadukan otomatis untuk meningkatkan efisiensi proses. Ia juga mengembangkan model teknologi ADIB (anaerobic digestion-integrated biorefinery), guna memaksimalkan konversi limbah dan pencapaian zero-waste.

Model ini dikembangkan dari konsep multi-products biorefinery yang mengedepankan pemanfaatan limbah secara keseluruhan melalui integrasi beberapa teknologi konversi.

Keunggulan dari model integrasi teknologi ADIB adalah termanfaatkannya semua limbah, dihasilkan banyak produk, prosesnya bebas limbah, dan meningkatnya produksi biogas. Model ini berpotensi diaplikasikan pada skala industri untuk menambah keuntungan ekonomis dari limbah. Kelemahan model ini adalah belum teruji kinerja serta kelayakannya secara ekonomis, teknis, dan lingkungan, sehingga perlu dilakukan uji kinerja and analisis kelayakannya, serta dikembangkan otomatisasi reaktor dan integrasinya dengan sistem pemurnian/konversi biogas. [Irene]