Prof. Dr. Ir. Yulia Nuraini Rancang Teknik Biorem-Lok untuk Kurangi Pencemaran Logam Berat

Prof. Dr. Ir. Yulia Nuraini, MS

Prof. Dr. Ir. Yulia Nuraini, MS dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Mikrobiologi Tanah pada Fakultas Pertanian (FP), Kamis 19 Desember 2024, di Gedung Samantha Krida.

Ia merupakan Profesor aktif ke-32 di FP, dan Profesor aktif ke-225 di UB, serta menjadi Profesor ke-400 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.

Ia menyampaikan pidato berjudul “Teknik Biorem-Lok: Upaya Mengurangi Pencemaran Logam Berat dan Meningkatkan Kesuburan Tanah”.

Topik ini dipilih karena pencemaran lingkungan akibat logam berat telah menjadi masalah serius, terutama dengan meningkatnya industrialisasi dan kegiatan hilirisasi di sektor pertanian dan pertambangan. Polutan logam berat di lingkungan, khususnya di tanah, sulit terdegradasi secara alami, berbeda dengan senyawa organik yang dapat terurai melalui proses oksidasi atau aktivitas mikroba.

Teknik Biorem-Lok adalah pendekatan bioremediasi inovatif yang menggunakan mikroba untuk mengatasi akumulasi logam berat dalam tanah akibat intensifikasi pertanian. Hal ini sejalan dengan Peningkatan penggunaan pupuk buatan dan pestisida yang menyebabkan akumulasi logam berat seperti Pb, Hg, dan Cd di dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah, menghambat pertumbuhan tanaman, dan berisiko masuk ke dalam rantai makanan manusia dan hewan, sehingga mengancam kesehatan.

Penanggulangan pencemaran logam berat, sebelumnya seperti metode pencucian dan pengendapan kimia, cenderung mahal dan tidak ramah lingkungan. Mikroba resisten logam berat seperti bakteri, jamur ataupun actinomisetes yang diisolasi berpotensi dijadikan bioremidiator, mengurangi logam berat dengan fungsi tambahan menyediakan unsur hara bagi tanaman dan pengendalian pathogen tanah.

Pendekatan ini menawarkan keunggulan solusi ramah lingkungan bagi pertanian yang berkelanjutan, mendukung pemulihan kesuburan tanah, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Sedangkan kelemahannya dalam Teknik formulasi BIOREM-LOK masih memerlukan pengembangan lebih lanjut dengan kondisi lahan yang lebih spesifik dan jenis pupuk dan peptisida yang beragam. [Irene]