Evaluasi mutu hasil pertanian dan keamanan pangan sangat penting untuk mencegah gangguan kesehatan akibat makanan. Saat ini, evaluasi mutu buah atau sayur sering dilakukan dengan metode destruktif, sementara analisis mutu pangan umumnya membutuhkan pengiriman sampel ke laboratorium.

Salah satu metode yang ditawarkan oleh Sandra adalah menggunakan sistem Intelligence Non-Destructive Evaluation (INDEV). Sistem ini menggunakan teknologi yang mampu mendeteksi dan memprediksi kerusakan serta kandungan pangan tanpa merusak sampel.
“Metode tradisional, seperti analisis destruktif, tidak hanya merusak produk tetapi juga seringkali tidak representatif untuk seluruh batch, sehingga meningkatkan risiko distribusi produk dengan kualitas tidak konsisten. Oleh karena itu, diperlukan sistem yang mampu mengevaluasi bahan pangan secara non-destruktif, efisien, dan akurat”, jelas Sandra.
INDEV, imbuhnya, menggabungkan teknologi kecerdasan buatan, citra digital dan Spektroskop Inframerah Dekat. “Sistem ini dirancang untuk melakukan pemeriksaan dan analisis kualitas produk pagan serta hasil pertanian, tanpa merusak fisik atau menyebabkan perubahan pada struktur internal produk, memungkinkan untuk menilai produk pangan dengan lebih efisien, akurat dan real time”, ujarnya.
Selain pada tanaman pangan, sistem ini, juga bisa digunakan dalam klasifikasi mutu pada tanaman perkebunan. “Teknologi ini menjadi solusi strategis dalam mendukung pemantauan kualitas secara waktu nyata di industri pangan dan hasil pertanian, baik pada tahap pra-panen maupun pasca-panen. Salah satu keunggulan utama INDEV adalah kemampuannya untuk mengukur berbagai parameter secara simultan, yang tidak hanya memberikan gambaran menyeluruh tentang kualitas produk tetapi juga mendukung efisiensi proses”, pungkas dosen Fakultas Teknologi Pertanian ini.
Sandra merupakan profesor dalam bidang ilmu Teknik Pengolahan Pangan dan Pasca Panen. Ia merupakan profesor ke-24 dari Fakultas Teknologi Pertanian dan ke-394 dari seluruh profesor di Universitas Brawijaya. (VQ)