
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya menggelar kegiatan kuliah tamu bertemakan “Holistic understanding of marine pollution for healthy and clean ocean“, dengan menghadirkan Dr. Ong Meng Chuan, seorang dosen dari Universiti Malaysia Terengganu (UMT), Dr. Imam Musthofa yang adalah praktisi dari World Wildlife Fund (WWF), Dr. Faisal Hamzah dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan Faridz Rizal Fachri dari Yayasan Pesisir Lestari. Berlangsung secara daring maupun luring, rangkaian kegiatan kuliah tamu ini berlangsung secara berkelanjutan selama 5 pekan lamanya dengan diikuti sebanyak 160 mahasiswa prodi Ilmu Kelautan FPIK.
Polusi laut dapat berdampak buruk terhadap biota laut serta dapat merusak ekosistem laut secara keseluruhan. Polusi juga dapat mengganggu siklus karbon di lautan, yang dapat berkontribusi pada pemanasan global. Sementara itu, perubahan iklim dapat mempengaruhi kondisi laut, seperti meningkatnya suhu permukaan laut, asam laut, dan kenaikan permukaan air laut, yang semuanya dapat memengaruhi kehidupan laut. Hal inilah yang melatarbelakangi prodi Ilmu Kelautan FPIK untuk membahas lebih dalam permasalahan tersebut pada kegiatan kuliah tamu 3in1 ini.

Dr. Ong Meng Chuan menjelaskan bahwa perairan khususnya laut adalah merupakan kawasan yang rentan terhadap pencemaran logam berat. Bahan pencemar ini berasal dari sumber yang bervariasi khususnya industri, dan dapat mencapai level yang sangat berbahaya karena akan tersimpan dalam sistem trofik level. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberadaaan logam berat adalah melalui pengukuran tingkat pencemaran sedimen laut dan juga macrobenthos khususnya kerang.
Sementara itu, Dr. Imam Musthofa memaparkan mengenai dampak perubahan iklim pada ekosistem laut.
“Masyarakat Indonesia perlu mewaspadai ancaman perubahan iklim ini karena dampaknya mampu menenggelamkan 2000 pulau kecil di Indonesia,” kata Iman. Di sisi lain, alam memiliki sistem yang mampu membantu mengurangi ancaman perubahan iklim tersebut, misalnya mangrove dan lamun sebagai ekosistem penyerap karbon, serta mamalia laut (paus dan lumba-lumba) mampu menangkap karbon sebanding dengan 30.000 pohon. Untuk itulah, mahasiswa perlu memahami bahwa kelestarian habitat laut penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Pada kegiatan 3in1 tersebut, dilaksakan pula kegiatan praktikum pengolahan data oseanografi kimia dengan berfokus pada materi ocean mixed layer dan ocean acidification. Selain beberapa kegiatan diatas, juga dilakukan pengembangan program studi melalui sharing session untuk informasi peluang pembiayaan kerjasama riset maupun kegiatan kolaboratif lainnya antara UB dengan UMT, BRIN dan WWF.
Ketua Program Studi Imu Kelautan FPIK, Ade Yamindago, S.Kel., M.Sc., Ph.D menyebutkan kegiatan ini selain untuk pemenuhan Indikator Kinerja Utama (IKU) FPIK, sekaligus sebagai langkah awal untuk kolaborasi joint teaching dengan UMT. (*/OKY/Humas UB)