
Penderita yang mengalami sariawan akan merasa sangat nyeri apabila tersentuh saat menelan, bicara, dan makan.
Pengobatan sariawan dilakukan dengan menghilangkan faktor lokal menggunakan obat kumur antiseptik dan kortikosteroid topical.
Namun, penggunaan obat jangka panjang menyebabkan perubahan warna gigi.
Obat kortikosteroid dapat mengubah kondisi flora normal pada rongga mulut sehingga dapat menyebabkan kandidiasis oral.
Pengobatan sariawan dapat dihindari dengan cara membuat obat dari bahan herbal yang memberi efek samping minimal.
Ciplukan (Physalis angulata L.) adalah tanaman herbal liar dari famili Solanaceae yang sering ditemukan, tetapi hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan sebagai pengobatan penyakit gigi dan mulut.
Ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) memiliki kandungan total flavonoid dan total phenolic yang tinggi.
Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang berperan sebagai antioksidan, antiinflamasi dan mempercepat fase proliferasi pada penyembuhan luka.
Ekstrak daun ciplukan menjadi salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan kandungan flavonoidnya yang tinggi.
Ekstrak tersebut dikemas dalam bentuk pengobatan modern yaitu Mucoadhesive Patch atau Plester untuk meningkatkan efektivitas penyembuhan penyakit tersebut.
Robbah Basatha (FKG 2018), Hayunanda Fadhila (FKG 2019), Cherina Chyntia (FKG 2019), Aura Alya (FKG 2019), dan Nurul Lail (FKG 2019), yang didampingi oleh drg. Astika Swastirani, M.Si selaku pembimbing berharap dengan adanya penemuan dan terobosan ini, prevalensi penyakit sariawan di kalangan masyarakat dapat menurun dan menciptakan kesehatan gigi dan mulut yang baik di masyarakat. (HYU/Humas UB).