Plant Protection Drone Untuk Basmi Jamur pada Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guneensis Jacq.) merupakan salah satu dari beberapa tanaman yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersial.

Berdasarkan data dari (USDA tahun 2017), pada tahun 2016 Indonesia menjadi produsen pertama di dunia dengan produksi sebesar 34 juta ton dan ekspor sebanyak 25 juta ton.

Pertumbuhan industri kelapa sawit tidak terlepas dari berbagai macam rintangan dan hambatan salah satunya adalah serangan penyakit.

Salah satu penyakit yang menyerang Kelapa Sawit adalah penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma sp. dan merupakan cendawan patogen tular tanah.

Penyakit ini telah menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit di perkebunan, dan menyebabkan penurunan sebesar 90% dari total produksi minyak kelapa sawit di Asia Tenggara.

Beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan bahan kimia untuk memusnahkan jamur pada area akar.

Sayangnya, pengaplikasian fungisida secara konvensional dinilai kurang efektif dan efisien baik dari segi waktu, tenaga maupun lingkungan.

“Penyemprotan fungisida secara manual akan memakan waktu dan tenaga yang cukup besar. Petani juga lebih beresiko terkena dampak berbahaya dari cairan kimia apabila terhirup atau terkena kulit secara langsung,”kata salah satu perwakilan tim Muhamd Fauzi Ramadhan.

Dampak terburuk yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia adalah residu yang sulit terurai sehingga akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Selain solusi tersebut, prinsip yang pernah ditawarkan adalah metode certainly factor. Metode ini kurang efektif dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas karena analisis yang dilakukan harus menggunakan perhitungan yang rumit sehingga sebagian besar masyarakat yang memiliki SDM rendah akan kesulitan.

Berdasarkan uraian tersebut, Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB), Muhammad Fauzi Romadhon, Alifia Al-Zahra, Shafiyyah Ramadhani Arafa, Sendy Prasetyo, dan Fa’iz Mubarok Fadhlullah melakukan pengembangan alat pembantu untuk penanganan jamur Ganoderma sp. di perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Alat pembantu tersebut bernama Plant Protection Drone.

Drone ini dilengkapi dengan sistem berbasis IoT dan sistem penyemprot. Drone pest memiliki dimensi 55x55x55 cm. Drone memiliki 4 buah rotor yang dapat mengangkat beban maksimal sebesar 4,8 kg dengan jangkauan kurang lebih 3000 meter dan ketinggian terbang maksimal 120 meter.

Alat ini juga dapat terbang dengan kecepatan dua maksimal, untuk mode manual dengan kecepatan maksimal 30 m/s sedangkan untuk mode GPS dengan kecepatan maksimal 20 m/s.

Sementara untuk sistem penyemprotnya memiliki kapasitas tangki pestisida sebesar 1,35 liter, kecepatan semprot maksimal 2,5 liter/ menit, dan jangkauan penyemprotan sebesar 4 meter.

Dan untuk suplai dayanya menggunakan baterai Lipo dengan kapasitas 6200 mAh yang akan memberikan lama waktu terbang tanpa muatan selama 22 menit dan dengan muatan penuh selama 12 menit. 10 menit dengan muatan.

Muhammad Fauzi menjelaskan keunggulan sistem IOT pada Plant Protection Drone adalah dilengkapi dengan fitur autopilot yang diatur menggunakan laptop sehingga drone bisa kembali ke posisi awal/titik terbang apabila diluar jangkauan dan bisa mendarat darurat apabila baterai habis.

Drone juga dilengkapi dengan fitur alarm yang akan memberitahu pengguna melihay kondisi baterai. Apabila baterai mencapai titik tertentu maka akan muncul pemberitahuan di remote dan muncul suara peringatan melalui drone.

Drone dilengkapi dengan telemetri yang memungkinkan drone untuk mengatur GPS melalui tablet untuk menentukan dan mengetahui jalur terbang drone, dan drone dilengkapi dengan fitur pengatur semprotan yang memungkinkan pengguna untuk mengarahkan arah semprotan dan mengatur kekuatan semprot.

“Diharapkan inovasi ini hadir untuk membantu petani perkebunan dan industri kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit sehingga produksinya bisa berkelanjutan,”katanya.

Di bawah bimbingan dosen Agribisnis Mochammad Roviq, SP.MP. Inovasi drone ini telah mendapatkan bantuan pendanaan dari Kemdikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dan akan mengikuti seleksi PIMNAS XXXIV pada bulan mendatang. (FZI/Humas UB).