Kota Kediri, dengan sawah seluas 2.574 ha dapat menghasilkan 19.657 ton padi pada tahun 2018 lalu (BPS Kota Kediri). Salah satu daerah pertanian itu adalah Dusun Wonosari, Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Menurut petani setempat ada beberapa kendala yang dihadapi ketika bertani, salah satunya yaitu proses pemberian pupuk pada tanaman.
Pemupukan padi masih menggunakan alat penyemprot pupuk cair berupa tangki yang ditopang oleh badan.
Cara ini membuat beberapa petani tidak sanggup melakukan pemupukan secara mandiri sehingga harus mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit untuk menyewa tenaga kerja untuk menyemprot pupuk.
Hal ini memotivasi enam mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FTUB) untuk merancang alat penyemprot pupuk semi modern berbasis kompresor.
Keenam mahasiswa itu adalah Muhammad Iqbal Ashari, Adji Wicaksono, Charis Maulana, Muhammad Faiz Luthfianto, Moch. Iqbal Wahyu Hidayat, dan Muhammad Qashmal Fachrezi.
Alat penyemprot pupuk garapan keenam mahasiswa itu berbasis pada sebuah kompresor yang befungsi untuk meningkatkan tekanan udara.
Udara bertekanan dari kompresor akan dialirkan menuju tangki penyimpanan pupuk. Pupuk yang terkena udara bertekanan akan dialirkan melalui selang untuk disemprotkan pada tanaman.
“Kami menggunakan selang yang panjang dengan harapan alat kami mampu menjangkau seluruh penjuru sawah,” beber Iqbal selaku ketua tim.
Ia juga menambahkan bahwa timnya berkomitmen membuat alat ini untuk membantu masyarakat setempat meningkatkan produksi sawahnya dengan lebih efisien sebagai wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Sudah kewajiban kami sebagai mahasiswa untuk menyalurkan ide-ide kami dalam membantu masyarakat,” ujarnya mewakili tim. (mic/Humas UB)