Pengukuhan Prof. Dr. Wuryan Andayani Tambah Jumlah Profesor Di FEB UB

Prof. Dr. Wuryan Andayani, , S.E., Ak., M.S
Prof. Dr. Wuryan Andayani, , S.E., Ak., M.S

Prof. Dr. Wuryan Andayani, , S.E., Ak., M.S resmi dikukuhkan sebagai Profesor di Bidang Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi  Universitas Brawijaya. Acara pengukuhan berlangsung pada Rabu, 21 Februari 2024, di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya.

Dengan pengukuhan Prof. Dr. Wuryan Andayani sebagai Profesor di Bidang Ilmu Akuntansi, jumlah Profesor aktif di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta Universitas Brawijaya telah bertambah. Ia menjadi Profesor aktif ke-29 di FEB dan Profesor aktif ke-211 di Universitas Brawijaya, serta Profesor ke-374 dari seluruh Profesor yang dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.

Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk “Octuple Bottom Line (OBL) Sebagai Instrumen Untuk Mendukung Terciptanya Keberlanjutan Kesejahteraan Bumi Dan Manusia”, Prof. Dr. Wuryan menggarisbawahi pentingnya model keberlanjutan OBL. Model ini merupakan sinergi dari Sustainable Development Goals, Triple Bottom Line (People, Planet, Profit/3P), dan Pentuple Bottom Line (2P, Phenotechonology, Prophet).

Model keberlanjutan OBL menekankan bahwa pembangunan tidak hanya harus memperhatikan pencapaian ekonomi semata, tetapi juga harus memperhatikan delapan pilar pembangunan berkelanjutan lainnya. Delapan pilar tersebut, yang dikenal sebagai Octuple Bottom Line, mencakup aspek-aspek seperti people, planet, profit, phenotechnology, prophet, power, peace-loving, dan partnership

Prof. Dr. Wuryan menjelaskan bahwa saat ini, kondisi dunia, terutama di forum Dewan Keamanan PBB, menuntut adanya hubungan erat antara Power, Peace-Loving, dan Partnership dalam mengatasi konflik dan menjaga hubungan diplomatik antarnegara di dunia. Power tidak hanya menekankan pada kekuatan eksternal, tetapi juga kekuatan internal, seperti kesehatan mental yang baik dan kekuatan pikiran yang positif.

Pada sisi Peace-Loving, Prof. Dr. Wuryan menekankan pentingnya cinta damai sesuai dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan No. 16, yang berfokus pada perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh. Sedangkan pada Partnership, ia menyoroti peningkatan kualitas pendidikan, penguatan perdagangan multilateral, dan kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, Prof. Dr. Wuryan juga menyoroti strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yang diimplementasikan untuk mendukung Triple Bottom Line (TPB)/SDGs dan memahami relevansi keberlanjutan.

Meskipun memiliki keunggulan dalam menciptakan strategi CSR yang berkelanjutan, konsep OBL juga memiliki kelemahan, seperti memerlukan konsistensi, kesepakatan bersama, dan waktu untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia, yaitu pada tahun 2030 dan menuju Indonesia Emas pada tahun 2045. (WDD)