Profesor Dr. Ir. Didik Hariyono, M.S. telah dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-36 di Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB), Profesor Didik juga sebagai Profesor aktif ke-223 di lingkungan Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke-387 dari keseluruhan Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Pengukuhan diselenggarakan pada hari Minggu, 17 Maret 2024, bertempat di Gedung Samantha Krida. Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Majelis Wali Amanat, Senat Akademik Universitas, Rektor, Pimpinan Universitas, Pimpinan Fakultas, Dewan Profesor, Anggota Senat Akademik Universitas, Anggota Dewan Profesor, serta keluarga Profesor Didik.
Dalam pidato pengukuhan yang bertajuk ”Antropogenik Agrotekno Perubahan Iklim Dan Proyeksi Iklim Sebagai Invensi Teknologi Mitigasi Di Bidang Pertanian“, Profesor Didik menggambarkan betapa pentingnya memahami dampak aktivitas manusia terhadap perubahan iklim.
Antropogenik, atau pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan, merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim yang semakin meningkat, yaitu berupa aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup yang mengakibatkan secara langsung maupun tidak langsung penyebab terjadinya perubahan iklim.
Profesor Didik menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap pertanian adalah melalui pengembangan teknologi proyeksi iklim. Teknologi ini memungkinkan simulasi skenario emisi gas rumah kaca dengan proyeksi radiasi pada skala berbeda, yang dikenal sebagai Representative Concentration Pathways (RCP).
Namun, Profesor Didik juga menyoroti tantangan dalam implementasi teknologi proyeksi iklim di bidang pertanian, terutama rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam memahami terjadinya perubahan iklim, sehingga dibutuhkan edukasi terpadu melalui penyuluhan pertanian maupun sekolah lapang iklim dan perlu dilakukan koreksi persepsi tentang penyebab perubahan iklim. Kajian penelitian proyeksi iklim dan dampak terhadap tanaman pertanian perlu untuk dikembangkan karena juga berdampak terhadap proyeksi kesesuaian lahan, tanaman, dan sosial ekonomi.
Sedangkan keunggulan dari proyeksi iklim yaitu dapat menentukan pergeseran pola cuaca, peningkatan suhu di atmosfer, serta perubahan pada berbagai variabilitas iklim yang mempengaruhi musim tanam, pertumbuhan, serta hasil panen tanaman durian berdasarkan proyeksi iklim, yaitu peningkatan suhu atmosfer (suhu maksimum dan suhu minimum) hingga tahun 2100 menggunakan model proyeksi iklim pada tiga skenario Representative Concentration Pathways (RCP).
“Bentuk mitigasi dampak dari perubahan iklim adalah dengan cara mengembangkan rancangan teknologi berupa skenario proyeksi iklim hingga 100 tahun mendatang, yaitu melalui proyeksi peningkatan suhu udara (suhu maksimum dan suhu minimum) hingga tahun 2100 sehingga dapat diketahui tren pola kenaikan rata – rata suhu atmosfer:” pungkas Prof. Didik.
Untuk itu harapan dari teknologi ini, adalah menjadi prioritas pemerintah di bidang pertanian dalam meminimalisir dampak negatif dari perubahan iklim serta pengembangan potensi pertanian khususnya produktivitas tanaman tahunan dan musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi.(WDD)