
Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) memanfaatkan kulit pohon Tabebuya Pink sebagai inovasi baru pengobatan kanker rongga mulut. Mereka adalah Shania Helza Harjanto (FKG), Della Aulia Putri (FKG), Eunike Berliana Marhendra (FK), Ratna Ayu Dewanti (FTP), dan Siska Maulidina Cahyani (FKG). Kelima mahasiswa tersebut tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai Dikti, di bawah bimbingan dosen Feni Istikharoh, drg.
Mewakili tim, Della Aulia Putri menyampaikan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018, kasus penderita kanker rongga mulut, bibir, dan tenggorokan mencapai 4,5 persen. Kanker rongga mulut berada pada peringkat pertama dari enam keganasan yang paling sering terjadi di Asia. Tingkat kelangsungan hidup untuk lima tahun pada penderita kanker rongga mulut sangat rendah yaitu hanya 50-60 persen.
Pengobatan kanker rongga mulut selain menggunakan obat-obatan, juga bisa menggunakan bahan alami seperti ekstrak kulit pohon Tabebuya Pink yang memiliki efek samping lebih kecil serta mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker. Ide ini berawal ketika maraknya penanaman tanaman hias yang mirip dengan bunga sakura di Indonesia, terutama di Surabaya.
“Kulit pohon Tabebuya Pink sangat kaya akan senyawa anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri, antibiotik, dan ternyata juga memiliki potensi antikanker untuk penyembuhan kanker rongga mulut,” ujar Della.
Sumber data literatur menunjukkan, kandungan kulit pohon Tabebuya Pink seperti naphtoquinone dan furanonaphtoquinone, mampu menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian sel kanker rongga mulut. Tidak hanya itu, ekstrak kulit pohon Tabebuya Pink dengan formulasi sediaan nanoemulsi gel mampu meningkatkan kepatuhan pasien karena memiliki stabilitas yang lebih baik, tidak lengket, mudah dioleskan, nyaman digunakan, dan dapat mencapai target yang tepat.
“Maka dari itu, tim kami menggali potensi kulit pohon Tabebuya Pink dalam bentuk emulsi gel berukuran nano untuk alternatif pengobatan kanker rongga mulut,” jelas Della.
Dosen pembimbing Feni Istikharoh, drg menjelaskan bahwa Indonesia masuk salah satu negara yang memiliki kebiasaan merokok tertinggi di dunia, sehingga tidak heran jika terjadi peningkatan insiden dan kematian akibat kasus kanker rongga mulut.
“Seperti yang kita ketahui bahwa tabebuya pink dikenal sebagai tanaman hias. Dengan adanya penelitian tabebuya pink sebagai obat kanker rongga mulut dari bahan alami, diharapkan dapat menurunkan insiden dan kematian akibat kasus kanker rongga mulut di Indonesia,” ujarnya. [Shania/Humas UB]