
Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Brawijaya (IMPALA UB) mengungkapkan hasil analisis sosial terkait kondisi pengelolaan sampah di kawasan Pantai Kondang Merak. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, ditemukan bahwa meskipun pengelola telah menyediakan tempat sampah di berbagai titik, pengelolaan sampah di pantai tersebut masih jauh dari kata maksimal dan berkelanjutan.
Dalam laporan IMPALA UB, disebutkan bahwa sampah yang terkumpul hanya dipilah dan kemudian dibakar tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Praktik ini tidak hanya tidak efektif, tetapi juga berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembakaran sampah menghasilkan polusi udara, memperburuk perubahan iklim, dan merusak lapisan ozon. Kondisi ini menyebabkan sampah sering menumpuk di area tertentu, seperti sudut pantai atau jalur menuju kawasan perkemahan, sehingga mengurangi keindahan pantai dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Salah satu dampak nyata dari buruknya pengelolaan sampah adalah terganggunya perilaku satwa liar, terutama Macaca fascicularis atau monyet ekor panjang, yang hidup di sekitar kawasan pantai. Biasanya, monyet-monyet ini mencari makan dari sumber alami, seperti buah-buahan dan daun-daunan. Namun, kini mereka mulai bergantung pada tumpukan sampah yang ada. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi pola makan mereka tetapi juga mengurangi kemampuan mereka untuk mencari makan secara alami.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, IMPALA UB memberikan beberapa rekomendasi. Pertama, edukasi kepada pengunjung mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan. Kampanye kreatif seperti lomba kebersihan pantai, diskon tiket bagi pengunjung yang membawa sampah plastik untuk didaur ulang, atau pemasangan papan imbauan dengan desain menarik dapat menjadi solusi.
Selain itu, pengelola pantai perlu mengadopsi alternatif pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan, seperti daur ulang atau pengomposan. Patroli kebersihan yang lebih intensif dan menyeluruh juga diperlukan untuk memastikan seluruh area pantai tetap bersih. Pengelola dapat melibatkan sukarelawan atau komunitas pecinta lingkungan dalam upaya pengawasan ini.
Dalam hal rehabilitasi satwa liar, pengelola pantai disarankan untuk melakukan penanaman kembali pohon-pohon buah yang menjadi sumber makanan alami bagi monyet ekor panjang. Pembatasan interaksi antara manusia dan satwa liar juga perlu diterapkan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap hewan tersebut.
IMPALA UB menegaskan bahwa pengelolaan sampah yang efektif di Pantai Kondang Merak memerlukan kolaborasi antara pengelola, masyarakat lokal, wisatawan, dan pihak akademisi. Dengan keterlibatan semua pihak, pantai ini memiliki potensi besar untuk menjadi contoh kawasan wisata yang ramah lingkungan.
“Pantai Kondang Merak tidak hanya menyimpan keindahan alam, tetapi juga tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian ekosistemnya. Pengelolaan sampah yang baik adalah langkah awal menuju keberlanjutan lingkungan,” kata salah satu anggota IMPALA UB.
Dengan upaya bersama, diharapkan Pantai Kondang Merak dapat terus menjadi destinasi wisata favorit tanpa mengorbankan keindahan dan kelestarian alamnya.