
Universitas Brawijaya (UB) luncurkan Virtual Innovation Expo 2021. Peluncuran ini dilakukan bertepatan dengan kegiatan Rapat Terbuka Dies Natalis Universitas Brawijaya (UB) ke-58 yang digelar secara daring pada Selasa (5/1/2021).
Virtual Innovation Expo UB adalah pameran yang menampilkan hasil dan produk inovasi karya seluruh sivitas akademika UB, dan merupakan pameran inovasi virtual pertama yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan di Malang.
Dengan menggunakan tampilan venue gedung Samantha Krida, expo ini menampilkan produk inovasi yang dirangkum dalam sembilan kategori sejalan dengan Rencana Induk Penelitian UB, yaitu Sosial, Humaniora, Good Governance dan Seni Budaya; Energi Terbarukan; Ekonomi Kreatif dan Pariwisata; Transportasi; Pariwisata; Ketahanan dan Kemandirian Pangan; Kesehatan, Gizi, Obat, dan Jamu; Kebencanaan dan Lingkungan; serta Agroforestry.

Selain produk inovasi, expo ini juga menampilkan video profil seluruh fakultas di UB yang dapat diakses secara virtual oleh pengunjung.
Virtual Innovation Expo UB terbuka untuk umum dan dapat diakses di manapun dan kapanpun sepanjang tahun 2021 melalui tautan expo2020.ub.ac.id. Pengunjung juga dapat mengunduh katalog produk inovasi yang sudah dilengkapi dengan kontak inventor.
Ketua Pelaksana Dies Natalis UB ke-58 Dr. drg. Nur Permatasari., MS menyampaikan. Selain acara puncak Rapat Terbuka yang menghadirkan Presiden Jokowi, Mendikbud Nadiem Makarim, serta peluncuran Virtual Innovation Expo UB, kegiatan Dies Natalis juga dirangkai dengan beberapa kegiatan lain.

Dengan mengambil tema “UB Bereputasi Tangguh Membangun Negeri”, rangkaian kegiatan Dies Natalis terdiri dari seminar internasional, pengabdian kepada masyarakat, pemilihan Putra Putri Brawijaya sebagai ambasador UB di kancah nasional maupun internasional, lomba short video secara virtual tingkat nasional, tabligh akbar, santunan kepada anak yatim, serta temu alumni virtual.
“UB juga telah meluncurkan aplikasi deteksi dini serangan jantung yang diberi nama ‘DETAK’ yang berhasil meraih rekor MURI karena telah digunakan oleh peserta beresiko tinggi dengan jumlah terbanyak,” pungkasnya. [Irene]