
Banjir merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun di beberapa wilayah Indonesia. Fenomena ini sangat merugikan seluruh sendi kehidupan masyarakat terdampak yang akhirnya harus mengorbankan harta benda bahkan kehilangan nyawa.
Prof. Ir. Agus Suharyanto, M.Eng., Ph.D. dikukuhkan sebagai profesor di bidang Sumber Daya Air Berkelanjutan menawarkan Model Hietograf-Hidrograf Banjir, Kamis (28/11/2024). Model ini menggunakan citra satelit penginderaan jauh untuk mengestimasi suhu permukaan lahan (bumi). Serta melakukan analisis hidrograf (aliran air permukaan) kaitannya dengan perubahan iklim.
“Perubahan suhu permukaan bumi (Land Surface Temperature-LST) diakibatkan penurunan vegetasi yang menutupi permukaan bumi. Peningkatannya akan mempengaruhi karakteristik curah hujan. Akibatnya sering terjadi hujan dengan durasi pendek dengan intensitas yang besar,” ujarnya.
Profesor yang menyelesaikan pendidikan Master dan Doktornya di Jepang ini menyampaikan perubahan iklim saat ini ditandai adanya pemanasan global (global warming) dan akhir-akhir ini menjadi pendidihan global (global boiling). Hal itu merupakan dampak dari kenaikan LST yang bisa mempercepat pembentukan awan.
Penelitian terkait LST ini ia lakukan di Kota Malang, Kota Batu, Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, Sampang, dan Tuban.
Pada penelitiannya Prof Agus ini disimpulkan pula bahwa makin tinggi imp (lapisan tidak tembus air), maka debit aliran air permukaan yang tejadi juga semakin besar.Lapisan tidak tembus air ini seperti gedung, aspal, beton. Untuk mengatasi hal tersebut bisa digunakan sumur resapan dan kolam detensi yang cukup signifikan mengontrol banjir di suatu wilayah.[sitirahma]