Sebanyak 20 peserta mengikuti kegiatan sosialisasi untuk membentuk kelembagaan produksi dan pemasaran sebagai upaya mewujudkan entrepreneur resilience di Kabupaten Blitar. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian Masyarakat Mandiri yang bertujuan memberikan informasi dan menjadi mediator antara para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti perusahaan, pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga hukum dengan peternak. Hal ini dilakukan untuk membantu peternak dalam mengakses modal, teknologi, informasi, analisis pasar, serta kebijakan dan legalitas bisnis.
Kegiatan pengabdian ini juga bertujuan untuk menciptakan peternak yang tahan terhadap perubahan bisnis. Dengan memiliki kemampuan mengatasi kesulitan, menjadi lebih adaptif dan inovatif, diharapkan peternak dapat mengembangkan orientasi kewirausahaan yang lebih baik, terutama dalam pengambilan risiko. Selain itu, peternak diharapkan dapat mencapai kemapanan finansial yang lebih baik, memiliki kemampuan fleksibel untuk membangun jaringan dan dukungan eksternal, serta mampu meningkatkan keterampilan perencanaan dan manajemen risiko yang tepat dalam menghadapi periode over-supply dan ketidakpastian lingkungan bisnis lainnya.
“Pentingnya pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Blitar adalah untuk menciptakan peternak yang lebih tahan terhadap perubahan bisnis, lebih adaptif, dan inovatif,” ujar Pak Zein, pimpinan Mitra Satwa PS.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diketuai oleh Dr. Jaisy Aghniarahim Putritamara, S.Pt., MP, dengan anggota Prof. Ir. Hari Dwi Utami, MS. M.Appl., Sc. PhD. IPM. ASEAN. Eng, Awang Tri Satria, S.Pt., ME, serta Tina Sri Purwanti, SP., MP., M.Sc., PhD. Mereka menjadi pemateri dalam kegiatan ini, yang berfokus pada kelembagaan produksi dan pemasaran telur ayam ras di wilayah sentra pengembangan bisnis layer di Jawa Timur.
Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan literasi peternak rakyat terhadap kelembagaan produksi dan pemasaran telur ayam ras serta produk turunannya. Dengan pembentukan kelembagaan tersebut, diharapkan peternak dapat meningkatkan skala perekonomian, menjadi lebih kompetitif di tengah perubahan preferensi konsumen terhadap telur organik dan omega, serta mengurangi risiko over-supply telur yang rentan terjadi pada bisnis layer di negara berkembang seperti Indonesia. mt (*/OKY/Humas UB)