Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tertinggi sekaligus sebagai penyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia.
Pada tahun 2019 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sebanyak 29,5% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Di tahun yang sama, sektor pertanian menyumbang sekitar 15,45% dari total PDB berbagai sektor ekonomi nasional pada tahun 2020.
Fakta ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor berpotensi yang harus dikembangkan.
Salah satu komoditas potensial yang dapat mendukung perkembangan sektor pertanian adalah jagung.
Jagung merupakan bagian dari subsektor tanaman pangan yang berperan bagi pertumbuhan industri hulu serta pendorong industri hilir dengan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar.
Kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras berdampak pada tingginya jumlah permintaan konsumen terhadap komoditas jagung.
Salah satu faktor penentu kualitas jagung adalah dari kualitas benih yang digunakan.
Tim gabungan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) menciptakan inovasi mesin sortasi biji jagung untuk mendapatkan benih jagung berkualitas.
Inovasi itu memanfaatkan metode Convolutional Neural Network (CNN), yakni metode yang dapat mengidentifikasi objek-objek pada sebuah gambar.
Prinsip kerja mesin ini adalah dengan memindai tiap biji jagung dengan kamera kemudian data gambarnya diproses menggunakan metode CNN berdasarkan tolak ukur yang telah diprogram sedemikian rupa hingga akhirnya biji jagung terpisah ke dalam kotak reject untuk biji berkualitas buruk atau kotak good untuk biji berkualitas baik.
“Diharapkan mesin penyortir ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan sektor pertanian khususnya pada komoditas jagung dengan menghasilkan benih berkualitas secara lebih efisien,” ungkap salah satu anggota tim, Rizki Chandra Maulana.
Mahasiswa Teknik Elektro UB (TEUB) angkatan 2018 yang kerap disapa Chandra ini dalam pengerjaannya bekerjasama dengan Nisrina Rania Habibah (TEUB 2017), Angela Sembiring (TEUB 2017), dan Revy Dhea Septyaningrum (Agribisnis 2018) di bawah bimbingan Ir. Nurussa’adah, M.T.
Mesin penyortir biji jagung ini juga dilengkapi dengan teknologi Internet of Thing (IoT), yakni suatu teknologi yang mana mampu mentransfer data tanpa melalui interaksi langsung.
Sehingga dapat dikatakan bahwa IoT ini tidak terbatas ruang dan waktu serta dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun asalkan terdapat koneksi internet.
“Jadi kalau ada IoT ini, pengguna dapat memantau dan mengontrol mesin penyortir jagung ini dari jarak jauh melalui ponsel atau perangkat lain yang terhubung dengan internet,” terang Nisrina selaku Ketua Tim.
Ia menambahkan bahwa dengan adanya teknologi IoT ini diharapkan dapat memudahkan pengguna mesin dalam melakukan monitoring terhadap kegiatan sortasi biji jagung.
Karya ini telah mendapatkan pendanaan dari DIKTI dan bersama delapan belas karya lain dari FTUB akan berkompetisi mewakili UB pada ajang PIMNAS XXXIII November mendatang. (nrh/mic/Humas UB)